Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, digital destination dan nomadic tourism sebagai strategi untuk merebut wisatawan mancanegara, di mana pada tahun ini menargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam pembukaan acara Rakornas Kementerian Pariwisata I 2018 yang bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 23 Maret 2018.
Destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di Instagram. Generasi milenial atau lebih populer kids zaman now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah Instagramable. “Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air,” ujar Arief Yahya.
Selain membuka acara Rakornas, Arief Yahya sekaligus menjadi keynote speech dalam acara yang mengambil tema “Digital Destination & Nomadic Tourism”.
Rakornas yang akan berlangsung selama dua hari (22-23 Maret 2018) ini diharapkan dapat menghasilkan sejumlah keputusan strategis, di antaranya komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan destinasi digital dengan target 100 pasar digital di 34 provinsi, dukungan regulasi terhadap pengembangan 10 nomadic tourism (glamp camp, home pod, dan karavan), serta dukungan regulasi aksesibilitas untuk sea plane.
Arief menambahkan, destinasi digital menjadi tuntutan di era digital, di mana generasi milenial adalah konsumen yang paling haus akan pengalaman dibanding generasi-generasi sebelumnya. Hasil survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman daripada membeli barang.
Sementara itu, untuk nomadic tourism akan fokus membahas pada nomadic aksesibilitas dan nomadic amenitas berikut atraksinya yang dapat mendorong para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk amenitas dan aksesibilitasnya.
Menurut Arief Yahya, nomadic tourism merupakan solusi dalam mengatasi keterbatasan unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas), khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi, yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam, seperti glamp camp, home pod, dan Karavan. Sementara itu, untuk mengatasi aksesibilitasnya adalah dengan sea plane yang mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau.
“Nomadic tourism untuk sementara akan difokuskan pada 10 destinasi prioritas atau Bali Baru, dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai pilot project, yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur,” kata Arief Yahya.
Nomadic tourism, menurut Arief Yahya, memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena treatment-nya juga relatif mudah sehingga idealnya para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya, karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial.
Seperti diketahui, di era digital ini jumlah backpacker di seluruh dunia mencapai 39,7 juta orang yang terbagi dalam tiga kelompok besar, yakni Flash-packer atau digital nomad yang memiliki potensi sekitar 5 juta orang, Glam-packer atau milenial nomad mencapai 27 juta orang, dan Lux-packer atau luxurious nomad sebanyak 7,7 juta orang.
Rakornas Kemenpar I 2018 diikuti 532 peserta yang terdiri atas pejabat di lingkungan Kemenpar, tim ViWI 2018, bupati/wali kota, dinas pariwisata, asosiasi, co-branding, kementerian dan lembaga, serta GenPi dan Juragan Pasar.
KOMENTAR
0