Global Muslim Travel Index (GMTI) memperkirakan jumlah wisatawan halal dunia akan mencapai 158 juta orang pada tahun 2020. Angka itu tumbuh 21 persen dibandingkan jumlah wisatawan halal dunia pada 2017. Jumlah tersebut di luar ibadah haji dan umrah.
Pertumbuhan pasar tersebut akan terus meningkat menjadi US$300 miliar pada tahun 2026, seiring dengan berubahnya tren wisatawan negara-negara muslim yang ingin menghabiskan liburan di luar negeri.
Hal ini tentu saja menjadi pasar yang sangat menarik oleh
negara-negara non-muslim untuk mengambil pasar ini, seperti Singapura,
Thailand, Korea, dan Jepang, sementara Indonesia sendiri yang merupakan
mayoritas muslim belum secara optimal memanfaatkan pasar wisata halal ini.
Terkait hal tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta melihat
wisata halal merupakan sebuah konsep pariwisata yang berpotensi untuk
dikembangkan memasuki fase global mainstream
market, bukan sekadar niche market,
meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh DKI Jakarta.
Hal tersebut terungkap dalam FGD (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata & Kebudayaan DKI Jakarta di Hotel Bidakara, 28 Agustus 2019, yang mengundang stakeholders terkait serta para pembicara seperti Sapta Nirwandar (chairman Indonesia Halal Life Center), Anang Sutono (Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata RI), Marissa Haque Fawzi (penggiat pariwisata halal), dan Yono Haryono (Senior Economist Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia.
Dalam FGD tersebut terungkap beberapa fakta bahwa ternyata Jakarta belum maksimal menggarap pasar wisata halal, antara lain destinasi religi seperti masjid belum dijual padahal di negara lain masjid dijadikan destinasi wisata, belum adanya trade center high class untuk wisatawan muslim padahal spending mereka besar, belum adanya paket-paket Ramadan yang dijual untuk wisatawan asing, terutama Turki, yang ingin menikmati suasana Ramadan di Jakarta karena waktunya lebih pendek, belum ada guide book dan website halal yang lengkap untuk DKI Jakarta, destinasi wisata halal masih diperuntukkan untuk pasar lokal, banyaknya produk/pengusaha yang belum menyadari pentingnya sertifikasi halal, belum adanya kesesuaian antara target dan venue yang akan dicapai untuk wisata halal, dan yang paling penting lagi adalah masih banyaknya peraturan-peraturan yang belum saling mendukung serta pemahaman mengenai wisata halal, wisata syariah, dan muslim friendly yang masih sangat kurang di masyarakat.
Meskipun masih banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh DKI Jakarta dalam menggarap pasar wisata halal, tetapi peluang yang sangat besar membuat stakeholders terkait dan pemda bertekad untuk melakukan percepatan wisata halal di DKI Jakarta untuk digerakkan bersama-sama dalam melakukan langkah dan strateginya. Semoga visi stakeholders menjadikan DKI Jakarta menjadi pusat wisata halal berkelas dunia terwujud dalam beberapa tahun mendatang.
Penulis: Nurhayati
KOMENTAR
0