Di hari ini, berpuluh-puluh tahun yang lalu, R.A. Kartini memperjuangkan hak kaum perempuan untuk dapat dipandang sederajat dengan para laki-laki. Berkat perjuangannya, perempuan di masa modern bisa lebih maju dalam berbagai aspek kehidupan tanpa menghilangkan kodratnya, misalnya dalam hal pendidikan, karier, dan kehidupannya.
Begitu pula dalam hal berwisata. Jika dulu berwisata ekstrem atau masuk ke dalam hutan rimba maupun mendaki gunung terjal identik dengan olahraganya kaum laki-laki, kini hal tersebut telah menjadi ranah siapa saja, termasuk para perempuan.
Dua perempuan berikut termasuk yang traveler yang berani menjelajah tempat-tempat baru dan ekstrem #DiIndonesiaAja, baik itu berwisata sendirian maupun bersama kawan-kawannya.
Yang pertama adalah Medina Kamil. Wanita kelahiran Jakarta ini erat dengan citra tangguh dan pemberani. Hal itu tidak lepas dari pengalamannya yang sering bertualang ke tempat-tempat yang menantang.
Saking tangguhnya, ia pernah mengalami kejadian yang cukup ekstrem. Medina pernah terombang-ambing di laut Arafuru, kemudian terdampar di sebuah pulau tak dikenal selama empat hari tanpa adanya bantuan.
Kemudian, ada juga peselancar profesional Gemala Hanafiah yang cukup konsisten merekam dan membagikan pengalamannya selama traveling melalui salah satu layanan over the top (OTT).
Wanita yang lekat dengan dunia selancar dan menyelam ini tak cuma berbagi keindahan alam Indonesia, tapi ia juga mengajak sekaligus mengedukasi followers-nya di media sosial untuk turut menjaga kelestarian alam khususnya laut.
Kedua perempuan tersebut hanyalah segelintir dari beberapa perempuan petualang lainnya yang berhasil menginspirasi perempuan lain untuk berani menjelajah Indonesia, terutama untuk melakukan beragam aktivitas wisata minat khusus.
Namun, di masa pandemi ini ketika berwisata hanya bisa di dalam negeri saja, protokol kesehatan tetap harus dijalankan selama bepergian, seperti memakai masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, wisata minat khusus sangat sesuai dengan tren pariwisata ke depan yang lebih personalized, customized, localized, dan smaller in size.
“Jadi, kalau dulu wisatanya berbondong-bondong, berdesak-desakkan, maka dengan adanya pandemi ini pariwisata akan jauh lebih tertata. Menikmati alam terbuka dan juga tidak berhimpit-himpitan karena kita menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin,” kata Sandiaga Uno.
KOMENTAR
0