Jakarta Tahan Penurunan Kunjungan Wisman dengan MICE

Tuesday, 10 December 19 Herry Drajat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jakarta mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “MICE Sebagai Motor Perekonomian Jakarta” pada 9 Desember di hotel Fairmont, Jakarta. Gelaran yang dihadiri oleh praktisi MICE, asosiasi, dan akademisi ini adalah bukti keseriusan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk terlibat pada kegiatan yang berujung pada menggerakkan perekonomian di Jakarta.

Hamid Ponco Wibowo, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jakarta, mengatakan, dukungan BI pada sektor MICE karena sektor ini banyak turunannya sehingga diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian di Jakarta secara langsung.  

“Kita lihat banyak sektor yang terlibat, impact-nya dari sisi perdagangan, akomodasi, F&B semua akan masuk di MICE. MICE akan memberikan impact 7-10 kali dibandingkan wisata yang leisure,” kata Ponco.

Berdasarkan data sampai dengan bulan Oktober 2019, jumlah wisatawan asing ke Jakarta hanya 2.094.697 orang atau terjadi penurunan sebesar 10 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Diprediksi, target 3.000.000 wisatawan mancanegara sampai dengan akhir tahun tidak akan tercapai.

Untuk menahan laju penurunan diperlukan kerja sama semua pihak. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selain tetap menggarap wisatawan leisure, juga berencana menyasar wisatawan MICE dengan cara mengajak stakeholder MICE untuk bersama-sama mengembangkan industri MICE di Jakarta serta menjadikan Jakarta sebagai kota destinasi MICE.

Cara yang akan dilakukan Pemprov DKI bisa berupa pemberian insentif, bantuan promosi, dukungan pada asosiasi, baik profesi dan NGO, untuk melakukan bidding membawa konferensi internasional ke Jakarta.

“Kita mesti tahu semua kebutuhan stakeholder. Dari situ nanti kita petakan apa bentuk dukungannya, lalu kita alokasikan kebutuhan tersebut dari sisi budgeting atau dalam bentuk insentif maupun bantuan lainnya, seperti promosi bahkan dukungan untuk membawa pertemuan-pertemuan asosiasi internasional ke Jakarta. Ini yang harus kita tahu formulanya seperti apa hingga kita bisa kerja bareng,” kata Alberto Ali, Kepala Bidang Informasi dan Pengembangan Disparbud DKI Jakarta.

Halaman : 123

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jakarta mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “MICE Sebagai Motor Perekonomian Jakarta” pada 9 Desember di hotel Fairmont, Jakarta. Gelaran yang dihadiri oleh praktisi MICE, asosiasi, dan akademisi ini adalah bukti keseriusan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk terlibat pada kegiatan yang berujung pada menggerakkan perekonomian di Jakarta.

Hamid Ponco Wibowo, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jakarta, mengatakan, dukungan BI pada sektor MICE karena sektor ini banyak turunannya sehingga diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian di Jakarta secara langsung.  

BACA JUGA:   Modal Bertahan: Adaptasi, Kolaborasi, Improvisasi

“Kita lihat banyak sektor yang terlibat, impact-nya dari sisi perdagangan, akomodasi, F&B semua akan masuk di MICE. MICE akan memberikan impact 7-10 kali dibandingkan wisata yang leisure,” kata Ponco.

Berdasarkan data sampai dengan bulan Oktober 2019, jumlah wisatawan asing ke Jakarta hanya 2.094.697 orang atau terjadi penurunan sebesar 10 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Diprediksi, target 3.000.000 wisatawan mancanegara sampai dengan akhir tahun tidak akan tercapai.

BACA JUGA:   Tiket.com Luncurkan Dua Promo Staycation

Untuk menahan laju penurunan diperlukan kerja sama semua pihak. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selain tetap menggarap wisatawan leisure, juga berencana menyasar wisatawan MICE dengan cara mengajak stakeholder MICE untuk bersama-sama mengembangkan industri MICE di Jakarta serta menjadikan Jakarta sebagai kota destinasi MICE.

Cara yang akan dilakukan Pemprov DKI bisa berupa pemberian insentif, bantuan promosi, dukungan pada asosiasi, baik profesi dan NGO, untuk melakukan bidding membawa konferensi internasional ke Jakarta.

“Kita mesti tahu semua kebutuhan stakeholder. Dari situ nanti kita petakan apa bentuk dukungannya, lalu kita alokasikan kebutuhan tersebut dari sisi budgeting atau dalam bentuk insentif maupun bantuan lainnya, seperti promosi bahkan dukungan untuk membawa pertemuan-pertemuan asosiasi internasional ke Jakarta. Ini yang harus kita tahu formulanya seperti apa hingga kita bisa kerja bareng,” kata Alberto Ali, Kepala Bidang Informasi dan Pengembangan Disparbud DKI Jakarta.