Krisis di Industri Pariwisata Dunia

Wednesday, 25 March 20 Herry Drajat
Kode Etik Pariwisata
Wisatawan asing mengenakan kain bali saat mengunjungi pura di Pura Luhur, Uluwatu, Bali.

Industri pariwisata saat ini sedang mengalami krisis akibat merebaknya wabah COVDI-19 yang mengakibatkan kepanikan di semua negara. Salah satu negara yang paling terpukul adalah Cina karena sumbangan PDB dari sektor pariwisata adalah sebesar 11 persen. Selain itu, Cina termasuk negara dengan jumlah turis terbesar di dunia serta mendominasi kunjungan wisata untuk beberapa negara. Berdasarkan data dari UNWTO, pada tahun 2018 tercatat turis asal Cina sebanyak 163 juta orang yang bepergian ke seluruh dunia.

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui pernyataan bersama telah meminta sektor pariwisata ikut bertanggung jawab dan membantu mengurangi dampak penyebaran virus corona dengan menghitung secara cermat mengenai dampak dan ancaman ditimbulkan bagi kesehatan masyarakat serta melakukan langkah pencegahan yang proporsional. Bahkan, menurut World Travel and Tourism Council (WTTC), menutup perbatasan, melarang perjalanan secara umum atau terbitnya kebijakan pemerintah yang lebih ekstrem seperti lock down tidak akan menghentikan penyebaran virus corona.

Beberapa sektor industri pariwisata yang paling menderita di antaranya adalah industri hotel, maskapai penerbangan, dan operator kapal pesiar, terutama ketika wabah terjadi selama Tahun Baru Imlek, salah satu musim di mana terjadi perjalanan tersibuk di Asia.

Dampak virus Corona juga terjadi pada perusahaan-perusahaan multinasional dan mendunia, berupa terjadinya pembatalan perjalanan, acara publik, penyesuaian pekerjaan sementara, dan penurunan pendapatan. Salah satu kasus paling ekstrem terjadi di Spanyol, yaitu perusahaan asuransi Zurich telah membatalkan perjalanan 2.000 karyawannya, baik di dalam maupun di luar Spanyol, dan mewajibkan mereka yang dalam perjalanan untuk kembali.

Perusahaan lain seperti BBVA, perusahaan multinasional di bidang perbankan yang berbasis Spanyol, telah membatalkan perjalanan karyawan mereka ke empat wilayah Italia yang terkena dampak, ke Jepang, Iran, Korea Selatan, Singapura, dan Cina. Demikian juga dengan Deutsche Bank yang telah membatalkan semua perjalanan ke Italia.

Halaman : 12

Industri pariwisata saat ini sedang mengalami krisis akibat merebaknya wabah COVDI-19 yang mengakibatkan kepanikan di semua negara. Salah satu negara yang paling terpukul adalah Cina karena sumbangan PDB dari sektor pariwisata adalah sebesar 11 persen. Selain itu, Cina termasuk negara dengan jumlah turis terbesar di dunia serta mendominasi kunjungan wisata untuk beberapa negara. Berdasarkan data dari UNWTO, pada tahun 2018 tercatat turis asal Cina sebanyak 163 juta orang yang bepergian ke seluruh dunia.

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui pernyataan bersama telah meminta sektor pariwisata ikut bertanggung jawab dan membantu mengurangi dampak penyebaran virus corona dengan menghitung secara cermat mengenai dampak dan ancaman ditimbulkan bagi kesehatan masyarakat serta melakukan langkah pencegahan yang proporsional. Bahkan, menurut World Travel and Tourism Council (WTTC), menutup perbatasan, melarang perjalanan secara umum atau terbitnya kebijakan pemerintah yang lebih ekstrem seperti lock down tidak akan menghentikan penyebaran virus corona.

BACA JUGA:   Kiat Menghasilkan Profit Tanpa Mencemari Lingkungan

Beberapa sektor industri pariwisata yang paling menderita di antaranya adalah industri hotel, maskapai penerbangan, dan operator kapal pesiar, terutama ketika wabah terjadi selama Tahun Baru Imlek, salah satu musim di mana terjadi perjalanan tersibuk di Asia.

Dampak virus Corona juga terjadi pada perusahaan-perusahaan multinasional dan mendunia, berupa terjadinya pembatalan perjalanan, acara publik, penyesuaian pekerjaan sementara, dan penurunan pendapatan. Salah satu kasus paling ekstrem terjadi di Spanyol, yaitu perusahaan asuransi Zurich telah membatalkan perjalanan 2.000 karyawannya, baik di dalam maupun di luar Spanyol, dan mewajibkan mereka yang dalam perjalanan untuk kembali.

BACA JUGA:   Dukung Pertumbuhan Industri Game Nasional, Pemerintah Terbitkan Perpres Nomor 19 tahun 2024

Perusahaan lain seperti BBVA, perusahaan multinasional di bidang perbankan yang berbasis Spanyol, telah membatalkan perjalanan karyawan mereka ke empat wilayah Italia yang terkena dampak, ke Jepang, Iran, Korea Selatan, Singapura, dan Cina. Demikian juga dengan Deutsche Bank yang telah membatalkan semua perjalanan ke Italia.