Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Lumajang, Kediri, dan sekitarnya di Jawa Timur didorong untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia demi mendukung lebih banyak terwujud destinasi alternatif selain Bali. Upaya pengembangan Malang Raya sebagai destinasi wisata kelas dunia diwujudkan melalui berbagai strategi dan sinergi antar-berbagai pemangku kepentingan. Tiga unsur utama pendukung pariwisata, yakni 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di antaranya fasilitas bandara ditingkatkan menjadi bandara internasional.
“Bila saat ini ada bandara internasional Juanda di Sidoarjo nanti akan didukung dua bandara besar di Kediri dan Bandara Abdul Rahman Soleh di Pakis Malang yang ditingkatkan menjadi bandara internasional,” kata Menpar Arief Yahya ketika meluncurkan Malang Beach Festival (MBF) 2019.
Arief Yahya menjelaskan, Malang Raya didukung oleh kawasan wisata kelas dunia, yakni kawasan wisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS) dikelola oleh Badan Otoritas Pariwisata (BOP) BTS, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Singosari, Kabupaten Malang, yang ditargetkan dapat dikunjungi 1 juta wisatawan.
“Kawasan wisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten Lumajang dan Malang ini dikenal sebagai biosfer dunia dan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. BTS telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai satu di antara 10 destinasi prioritas pariwisata,” kata Arief Yahya.
Untuk atraksi di Malang Raya, menurut Arief Yahya, sudah tidak diragukan lagi dengan terselenggaranya secara rutin festival budaya masyarakat Tengger Kasodo, Malang Flower Festival yang sudah masuk dalam daftar 100 Calendar of Event Wonderful Indonesia, dan Malang Beach Festival yang segera menjadi event unggulan kelas dunia.
M. Sanusi, Wakil Bupati Malang, mengatakan, Malang Beach Festival menjadi ikon baru pariwisata Kabupaten Malang. “Malang Beach Festival 2019 menyajikan event olahraga wisata pantai dan wisata budaya yang digelar di lima lokasi pantai unggulan pada September hingga November 2019 mendatang,” katanya.
Penyelenggaraan Malang Beach Festival 2019 akan diawali dengan perhelatan “petik laut” yang berlangsung di Pantai Sendangbiru pada 27 September 2019. Sehari kemudian, digelar Kirab Budaya yang berlangsung di Pantai Ungapan.
“Seperti tahun sebelumnya, gelaran acara Kirab Budaya ini untuk merayakan hari jadi Kabupaten Malang,” katanya.
Kegiatan Malang Beach Festival 2019 dimeriahkan dengan acara Malang Beach Culinary dan Malang Beach Run yang akan berlangsung di Pantai Nganteb pada 12 Oktober 2019. Acara yang sangat istimewa dari MBF tahun ini adalah Malang Night Surfing yang akan berlangsung di Pantai Wediawu pada 2 November 2019. Hal ini akan menarik apalagi karena spot night surfing masih langka di Indonesia, yakni hanya ada di Bali dan Pantai Wediawu, Kabupaten Malang.
Dari seluruh rangkaian acara MBF 2019 akan ditutup dengan event paralayang yang akan berlangsung di Pantai Modangan pada 23 hingga 25 November 2019. “Paralayang ini akan start dari punggungan sekitar Lawang dan mendarat di Pantai Modangan, Kabupaten Malang. Kegiatan paralayang ini bisa dilaksanakan di malam hari saat terang bulan. Kegiatan paralayang seperti ini di dunia hanya ada di Selandia Baru dan Malang sehingga layak menjadi event internasional,” katanya.
Arief Yahya mengingatkan, untuk menjadikan event sport tourism seperti Malang Beach Festival maka harus memerhatikan 5C, yakni culture value, commercial value, commitment CEO, communications value, dan continuing. “Sport tourism memiliki kelebihan dari media value sehingga menjadi ajang promosi yang sangat efektif,” kata Arief Yahya.
Kabupaten Malang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jatim. Dari 367 event yang akan digelar di Jatim pada tahun ini, ada sekitar 10 event unggulan dari daerah Malang Raya.
Event yang digelar sepanjang tahun itu diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jatim yang tahun ini ditargetkan mencapai 1 juta kunjungan wisman dan 55,76 juta wisnus atau meningkat dibandingkan capaian kunjungan pada 2018 sebanyak 830.968 wisman.
KOMENTAR
0