Pada 2017, kegiatan MICE menjadi penyumbang utama tingkat hunian hotel-hotel di Surabaya. Pada semester pertama 2017, tingkat hunian hotel di Surabaya mencapai 51,1 persen. Lalu, pada semester kedua berkisar di angka 52,2 persen hingga 54 persen tiap bulannya.
Jumlah hotel di Surabaya menunjukkan peningkatan, dari 154 kamar pada semester pertama menjadi 483 kamar di akhir tahun 2017. Ini merupakan jumlah terendah sejak 2011.
Pada 2018, Surabaya akan menerima tambahan 12 hotel dengan jumlah total 2.035 kamar, yang terdiri dari 1.008 kamar hotel bintang 3 dan 1.027 kamar hotel bintang 4. Tidak ada hotel bintang 5 yang akan dibangun di tahun ini. Sementara itu, untuk tingkat hunian hotel diprediksikan akan meningkat menjadi 52 hingga 53 persen.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International Indonesia, mengatakan, sebenarnya jumlah hotel di Surabaya mengalami oversupply. Dengan meningkatnya supply hotel di Surabaya, diharapkan ketersediaan hotel yang begitu banyak ini bisa terserap dengan kegiatan MICE.
Ferry mengatakan, pada 2018 ini, untuk meningkatkan tingkat hunian hotel, kuncinya adalah menambah jumlah kegiatan korporatnya. Hal itu berbeda dengan hotel leisure yang harus mendorong pariwisatanya. Sebab, kegiatan MICE pengaruhnya tidak hanya ke kota Surabaya dalam segi bisnis, tetapi juga berdampak pada pariwisata di Surabaya dan kota lainnya yang ada di Jawa Timur, di antaranya Madura, Banyuwangi, dan Malang.
Terkait tahun politik, Ferry mengatakan, pada 2018 partai-partai mengadakan seminar, dan hal itu kebutuhannya juga lumayan banyak dan menjadi suatu kesempatan besar bagi industri perhotelan untuk meningkatkan okupansi.
KOMENTAR
0