Seindah apa pun sebuah destinasi pariwisata, keindahannya tidak akan terdengar ke mana-mana apabila tidak ada yang mempromosikan. Promosi tersebut bisa cerita dari mulut ke mulut, melalui video dan foto, maupun melalui tulisan.
Hal tersebut telah terbukti berabad-abad lalu, bagaimana masyarakat di seluruh dunia mengetahui keberadaan Jalur Sutra melalui catatan perjalanan Marcopolo pada abad ke-13, lalu ada juga catatan mengenai kekaisaran China-Mongol hingga wajah Malaka, dan kerajaan Jawa. Atau, Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-12 yang mencatat perjalanan Prabu Hayam Wuruk (Raja keempat Majapahit) ke berbagai daerah kekuasaannya.
Saat ini, promosi pariwisata melalui tulisan telah berkembang dan melaju dengan pesat, tak lagi menjadi ranah para wartawan, tapi juga telah digunakan oleh seluruh kalangan dan melalui berbagai platform. Nama-nama seperti Agustinus Wibowo, Trinity, Claudia Kaunang, dan lainnya adalah contoh bagaimana penulis pariwisata juga berkontribusi besar dalam perkembangan dunia pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya di tengah masa pandemi COVID-19.
Dalam rangka Hari Buku yang jatuh pada 23 April, perlu diketahui pelopor penulisan pariwisata di Indonesia, yang tak jauh dari dua nama berikut: Adinegoro dan Hok Tanzil.
Adinegoro merupakan wartawan legendaris yang kini namanya dijadikan sebuah ajang penganugerahan karya jurnalistik. Ia merupakan pelopor penulisan pariwisata Indonesia era modern. Pada majalah Pandji Poestaka, Adinegoro menulis catatan perjalanan saat melawat ke negeri-negeri Eropa pada 1926. Catatan perjalanan itu lantas dibukukan oleh Balai Pustaka dan diberi judul Melawat ke Barat.
Harris Oto Kamil Tanzil, atau lebih akrab disapa HOK Tanzil, layak dijuluki sebagai penulis pariwisata terhebat yang pernah dimiliki bangsa ini karena tulisannya sangat hidup dan detail. HOK Tanzil sudah menginjakkan kaki di 238 negara dan melintasi perbatasan sebanyak 741 kali. Artikel-artikelnya lantas dibukukan, di antaranya berjudul Catatan Perjalanan Pasifik, Australia, Amerika Latin.
Selain mencatat, hal yang patut diingat oleh para penulis perjalanan di era adaptasi kebiasaan baru adalah terus disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun.
Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, pandemi COVID-19 memperlihatkan betapa gigihnya masyarakat Indonesia, terutama pelaku ekonomi kreatif, untuk berkolaborasi, beradaptasi, dan berinovasi.
“Saya mendukung penuh berbagai inisiatif yang dapat memajukan dan menguatkan satu sama lain, dengan terus mengedepankan strategi inovasi dan kolaborasi,” kata Sandiaga.
KOMENTAR
0