Kegiatan MICE Menjadi Pertolongan Pertama Pariwisata Indonesia

Thursday, 10 December 20 Harry
Indonesia International MICE Expo

Pandemi tahun ini menyebabkan kerugian sekitar Rp7 triliun bagi industri pariwisata Indonesia, khususnya MICE. Namun demikian, dalam dua bulan terakhir perlahan tapi pasti mulai ada harapan baru berkat aktivitas kementerian dan pemerintah daerah melakukan kegiatan penyerapan anggaran di hotel. Industri MICE dan perjalanan wisata terbukti menjadi pertolongan pertama yang berkontribusi dalam pemulihan pariwisata dan pemulihan ekonomi.

Pada 1-3 Desember 2020, juga digelar pertemuan bisnis berbasis virtual bertajuk 2nd Indonesia International MICE Expo 2020 yang mempertemukan seller dan buyer pada sesi bisnis one on one menggunakan platform Jublia Business Matching. Acara ini menghasilkan 570 pertukaran informasi dan 146 pertemuan bisnis langsung.

Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyampaikan optimisme penyelenggaraan MICE kembali bergerak seiring dengan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan fasilitas MICE, termasuk di hotel.

BACA JUGA:   Thanks For Listening, Intimate Concert Untuk Perbedaan

“Kami tetap mengimbau terjadinya pertemuan walau dalam jumlah terbatas agar industri ini tetap berjalan dan kita terbiasa dalam protokol baru. Kami juga berharap dinas pariwisata daerah bekerja sama erat dengan otoritas setempat yang memberikan izin penyelenggaraan acara sesuai protokol kesehatan dalam hal pembatasan jumlah peserta dan dilakukan secara hybrid, yaitu online dan offline,” ujar Rizki.

Panca Sarungu, Co Founder IIME, menambahkan, sistem business matching Jublia yang digunakan IIME 2020 mirip bahkan lebih baik dari dengan yang digunakan oleh beberapa kegiatan Virtual Internasional seperti ITB Asia Singapura dan WTM Inggris baru-baru ini. Sistem ini memungkinkan pertemuan bisnis tatap muka dan fitur lanjutan lainnya.

“Terdapat 57 perusahaan penyedia jasa MICE di Indonesia sebagai seller dan 60 buyer dari domestik dan internasional bersemangat untuk mendiskusikan rencana bisnis di tahun 2021, ada harapan dari testimoni yang diberikan dari seller dan buyer pada perhelatan 3 hari ini.  Meski dalam masa pandemi terjadi peningkatan 15% dari event pertama,” ujar Panca.

BACA JUGA:   INACRAFT 2020 Ditunda

Awan Aswinabawa, CEO A&T Travel Nusa Tenggara Barat, menyambut baik pelaksanaan event ini dan merasakan manfaat dari pertemuan face to face dengan pihak pembeli dari mancanegara. “Saya mengapresiasi sistem business matching yang dipilih oleh penyelenggara IIME yang memungkinkan membuat jadwal pertemuan, rescheduling, dan bahkan presentasi ibarat bertemu langsung. Ini kesempatan menarik bertemu banyak calon pembeli produk wisata dari mancanegara walau secara virtual sekaligus memberikan update terbaru jika suatu saat kesempatan berwisata antar-negara dibuka kembali. Ke depan semoga event seperti ini dapat juga dilakukan di berbagai daerah tujuan wisata MICE,” ujar Awan.

BACA JUGA:   Promosikan Pariwisata Indonesia Melalui World Travel Market London 2021

Jim Tehusijarana, Co Founder IIME, mengatakan, yang unik dari acara ini adalah dilakukan 24/7 karena perbedaan waktu pada pagi hari di London dapat bertemu dengan penjual Indonesia di Denpasar pada malam hari, atau sebaliknya. “Kami juga dengan senang hati mengumumkan bahwa para seller dan buyer masih tetap mempergunakan fasilitas business matching hingga tujuh hari ke depan sehingga buyer dan seller masih dapat berinteraksi hingga tanggal 10 Desember,” ujar Jim.