Destinasi yang Paling Terdampak Corona Justru Paling Cepat Pulih

Tuesday, 28 April 20 Bonita Ningsih
Wisatawan asing sedang menikmati keindahan pantai Padang-Padang, Bali. Foto: Venuemagz/Erwin

Pariwisata di Bali memang yang paling berdampak akibat pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Dari subsektor leisure, potensi kehilangan bisnis di Bali mencapai lebih dari Rp9 miliar, sementara untuk subsektor MICE berpotensi kehilangan Rp4,96 triliun selama Februari hingga Oktober 2020.

Kendati memiliki dampak pariwisata yang paling besar, Bali memiliki modal bagus jika pariwisata bounceback setelah pandemi. Hal ini dilihat dari jumlah kasus kematian di Bali akibat COVID-19 yang terbilang cukup rendah jika dibandingkan wilayah lain yang ada di Indonesia.

Ida Bagus Okanentru Agung Partha, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, menjelaskan bahwa rata-rata kematian yang ada di Bali hanya sebesar dua persen. Angka ini bahkan di bawah rata-rata kematian dunia akibat COVID-19 yang sudah mencapai enam persen.

Rendahnya angka kematian di Bali akibat COVID-19 terjadi lantaran penanganan kesehatan di sana cukup sigap dan cekatan. Dengan penanganan yang baik, tingkat kesembuhan di Bali juga mencapai angka yang memuaskan, yakni 30 persen. Angka tersebut bahkan masih di atas rata-rata tingkat kesembuhan dunia yang hanya mencapai 26 persen.

“Ini menjadi sebuah prestasi tersendiri untuk Bali dan ini bisa dipakai untuk meringankan promosi kita pasca-COVID-19. Kita bisa menunjukkan ke wisatawan bahwa Bali cukup bagus dalam menangani hal ini dan tentunya ditunjang oleh masyarakat yang disiplin dalam menaati aturan,” jelas Agung.

Melihat data-data tersebut, Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman MarkPlus optimistis bahwa Bali akan menjadi daerah pertama di Indonesia yang bangkit pasca-COVID-19. Ditambah dengan branding pariwisata yang sudah dimiliki Bali, semakin mempermudah daerahnya untuk bangkit dari keterpurukan COVID-19 ini.

“Bali akan lebih cepat kembali karena di sana sudah punya branding sebagai tempat yang layak untuk berwisata. Contohnya saja saat pandemi ini, banyak keluarga dari Jakarta lebih memilih mengungsi ke Bali ketimbang ke Singapura. Ini berarti di sana memang sudah bagus branding pariwisatanya,” ungkap Hermawan.

Halaman : 12

Pariwisata di Bali memang yang paling berdampak akibat pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Dari subsektor leisure, potensi kehilangan bisnis di Bali mencapai lebih dari Rp9 miliar, sementara untuk subsektor MICE berpotensi kehilangan Rp4,96 triliun selama Februari hingga Oktober 2020.

Kendati memiliki dampak pariwisata yang paling besar, Bali memiliki modal bagus jika pariwisata bounceback setelah pandemi. Hal ini dilihat dari jumlah kasus kematian di Bali akibat COVID-19 yang terbilang cukup rendah jika dibandingkan wilayah lain yang ada di Indonesia.

Ida Bagus Okanentru Agung Partha, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, menjelaskan bahwa rata-rata kematian yang ada di Bali hanya sebesar dua persen. Angka ini bahkan di bawah rata-rata kematian dunia akibat COVID-19 yang sudah mencapai enam persen.

BACA JUGA:   Bali Resmi Buka Pariwisata untuk Wisatawan Nusantara

Rendahnya angka kematian di Bali akibat COVID-19 terjadi lantaran penanganan kesehatan di sana cukup sigap dan cekatan. Dengan penanganan yang baik, tingkat kesembuhan di Bali juga mencapai angka yang memuaskan, yakni 30 persen. Angka tersebut bahkan masih di atas rata-rata tingkat kesembuhan dunia yang hanya mencapai 26 persen.

“Ini menjadi sebuah prestasi tersendiri untuk Bali dan ini bisa dipakai untuk meringankan promosi kita pasca-COVID-19. Kita bisa menunjukkan ke wisatawan bahwa Bali cukup bagus dalam menangani hal ini dan tentunya ditunjang oleh masyarakat yang disiplin dalam menaati aturan,” jelas Agung.

BACA JUGA:   Asa Perusahaan MICE di Tangan Generasi Kedua

Melihat data-data tersebut, Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman MarkPlus optimistis bahwa Bali akan menjadi daerah pertama di Indonesia yang bangkit pasca-COVID-19. Ditambah dengan branding pariwisata yang sudah dimiliki Bali, semakin mempermudah daerahnya untuk bangkit dari keterpurukan COVID-19 ini.

“Bali akan lebih cepat kembali karena di sana sudah punya branding sebagai tempat yang layak untuk berwisata. Contohnya saja saat pandemi ini, banyak keluarga dari Jakarta lebih memilih mengungsi ke Bali ketimbang ke Singapura. Ini berarti di sana memang sudah bagus branding pariwisatanya,” ungkap Hermawan.