Virus corona, atau yang kini disebut COVID-19, sudah menjadi perhatian dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tidak hanya berdampak terhadap kesehatan, virus ini juga berdampak terhadap sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan lingkungan. Salah satu sektor yang berdampak paling besar ialah pariwisata.
Pariwisata memang menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak industri yang berkaitan erat dengan pariwisata, salah satunya ialah perhotelan dan restoran. Haryadi B. Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), mengatakan, industri hotel merupakan yang paling terdampak dengan adanya virus ini.
Pertumbuhan industri hotel saat ini pun, menurutnya, akan mengalami penurunan. Jika sebelumnya ia menargetkan industri hotel dapat bertumbuh sekitar 10 hingga 12 persen, dengan adanya virus ini diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 5 persen.
“Itu pun kalau ada situasi yang membalikkan keadaan baru bisa tumbuh 5 persen. Saat ini, kita masih belum bisa prediksi lagi bagaimana ke depannya,” katanya.
Kondisi seperti ini tentu mengancam industri hotel yang ada di Indonesia. Bahkan, menurut catatannya, hingga saat ini sudah ada tiga daerah yang paling berdampak dengan adanya virus COVID-19, yaitu Bali, Batam, dan Manado, yang mengalami penurunan okupansi di hotelnya karena kebanyakan wisatawan yang datang ke sana ialah wisatawan dari Cina.
“Saat ini, rata-rata okupansi di Bali itu hanya mencapai 20 persen, terutama bagi daerah-daerah yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara,” ucapnya lagi.
Melihat situasi tersebut, Haryadi menyarankan agar setiap hotel dan restoran dapat mengatur cash flow (laporan arus kas) untuk keberlangsungan hidup saat ini. Salah satu cara yang paling tepat ialah memotong biaya operasional yang melibatkan tenaga kerja di sana.
Virus corona, atau yang kini disebut COVID-19, sudah menjadi perhatian dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tidak hanya berdampak terhadap kesehatan, virus ini juga berdampak terhadap sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan lingkungan. Salah satu sektor yang berdampak paling besar ialah pariwisata.
Pariwisata memang menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak industri yang berkaitan erat dengan pariwisata, salah satunya ialah perhotelan dan restoran. Haryadi B. Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), mengatakan, industri hotel merupakan yang paling terdampak dengan adanya virus ini.
Pertumbuhan industri hotel saat ini pun, menurutnya, akan mengalami penurunan. Jika sebelumnya ia menargetkan industri hotel dapat bertumbuh sekitar 10 hingga 12 persen, dengan adanya virus ini diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 5 persen.
“Itu pun kalau ada situasi yang membalikkan keadaan baru bisa tumbuh 5 persen. Saat ini, kita masih belum bisa prediksi lagi bagaimana ke depannya,” katanya.
Kondisi seperti ini tentu mengancam industri hotel yang ada di Indonesia. Bahkan, menurut catatannya, hingga saat ini sudah ada tiga daerah yang paling berdampak dengan adanya virus COVID-19, yaitu Bali, Batam, dan Manado, yang mengalami penurunan okupansi di hotelnya karena kebanyakan wisatawan yang datang ke sana ialah wisatawan dari Cina.
“Saat ini, rata-rata okupansi di Bali itu hanya mencapai 20 persen, terutama bagi daerah-daerah yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara,” ucapnya lagi.
Melihat situasi tersebut, Haryadi menyarankan agar setiap hotel dan restoran dapat mengatur cash flow (laporan arus kas) untuk keberlangsungan hidup saat ini. Salah satu cara yang paling tepat ialah memotong biaya operasional yang melibatkan tenaga kerja di sana.
KOMENTAR
0