Pandemi COVID-19 telah mendisrupsi performa bisnis perhotelan, termasuk RedDoorz, sebuah platform pemesanan dan manajemen hotel online. Beroperasi di empat negara berbeda, yakni Indonesia, Singapura, Filipina, dan Vietnam, bisnis RedDoorz mengalami penurunan sejak awal tahun 2020.
“Tiga negara lainnya memang sudah terdampak sejak Januari, tetapi Indonesia baru merasakan dampaknya di bulan Maret 2020. Kalau dilihat lagi, penurunan yang paling drop untuk perhotelan itu pada bulan April,” ujar Adil Mubarak, VP Operations RedDoorz.
Menghadapi ketidakpastian itu, RedDoorz berusaha untuk memenuhi kebutuhan perjalanan selama masa pandemi. Beberapa di antaranya ialah melalui program Hygiene Pass untuk kenyamanan menginap pelanggannya dan juga Red Heroes yang merupakan program kerja sama dengan Kemenparekraf dalam menyediakan penginapan gratis bagi tenaga medis yang menangani COVID-19.
“Tidak hanya menyediakan akomodasi yang aman dan nyaman, tetapi program tersebut juga yang membantu kami serta mitra properti untuk bertahan di tengah pandemi ini,” Adil menambahkan.
Melalui program tersebut, pertumbuhan bisnis RedDoorz di kuartal tiga terbilang positif dan mengalami peningkatan cukup signifikan. RedDoorz mencatat terjadi peningkatan sebesar 80 persen untuk pemesanan kamar dan peningkatan tingkat hunian hingga 50 persen dalam periode Maret hingga Oktober 2020. Istimewanya lagi, perolehan tersebut di atas rata-rata okupansi nasional yang hanya 36 persen berdasarkan data dari STR Hotel Database, perusahaan bisnis intelijen independen untuk hospitality.
Dengan pencapaian yang positif tersebut, RedDoorz semakin optimistis dalam meningkatkan bisnisnya, khususnya untuk pasar domestik. Hal tersebut dilakukan mengingat pandemi COVID-19 masih belum berakhir sehingga ruang gerak terbatas dan dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan dalam kota atau domestik.
“Kita lihat domestik market akan menjadi tren ke depannya karena kita tidak akan tahu kapan border ke luar negeri akan dibuka. Saat ini juga kita lihat sudah banyak yang pergi ke luar kota untuk bekerja dan keperluan lainnya. Jadi, memang market-nya besar di domestik,” ucapnya lagi.
Berdasarkan riset dari Blackbox and Dynata, disebutkan bahwa 44 persen responden saat ini tidak ingin melakukan perjalanan internasional dan lebih memilih perjalanan domestik. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat lebih mementingkan faktor kesehatan dan keamanan selama perjalanannya. Bahkan, laporan terbaru dari McKinsey menyebutkan bahwa saat ini tidak ada tanda-tanda permintaan laten untuk melakukan travelling. Konsumen akan tertarik untuk berwisata kembali setelah larangan traveling diangkat atau saat vaksin sudah tersedia.
Melihat hasil riset tersebut, RedDoorz berupaya untuk menggenjot pariwisata domestik agar industri tersebut kembali pulih. RedDoorz juga siap membantu pemerintah dalam meningkatkan kembali industri pariwisata, khususnya perhotelan Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan menyediakan akomodasi aman dan nyaman di dekat destinasi wisata yang sudah kembali dibuka oleh pemerintah.
“Tamu yang datang di properti RedDoorz itu kebanyakan orang lokal atau orang Indonesia. Bahkan, 70 persen pelanggan memilih untuk datang kembali dan melakukan pemesanan ulang di properti yang pernah dikunjungi. Oleh karenanya, kami yakin dapat membantu pemerintah meningkatkan pariwisata domestik,” ungkap Adil.
KOMENTAR
0