Cerdas Dalam Berinteraksi Di Dunia Digital

Saturday, 29 May 21 Venue
Webinar Literasi Digital Tabanan-Rilis29Mei

Untuk memberikan literasi digital serta panduan keamanan dalam berinteraksi di dunia digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menyelenggarakan webinar “Literasi Digital” pada 29 Mei 2021.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri telah menyusun peta jalan literasi digital 2021-2024 yang menggunakan sejumlah referensi global dan nasional. Dalam peta jalan ini dirumuskan empat area kompetensi literasi digital, yaitu digital skills, digital safety, digital ethics, dan digital culture.

Ada empat bahasan utama dalam webinar ini, antara lain memahami pinjaman online yang aman dan legal, tantangan dan strategi meningkatkan toleransi masyarakat di dunia digital, serta menjajaki fitur dan sistem aplikasi dompet digital.

Hadir sebagai pembicara dalam webinar yang diikuti oleh sekitar 150 peserta secara virtual ini adalah CEO Tunai Kita Anggie Ariningsih, Vice President Gotix Business Edwina Tirta, Analisis Kesenian dan Budaya Daerah I Gede Arum Gunawan, Penyuluh Informasi Publik I Wayan Wahyu Diantara, serta Sondang Pratama sebagai pekerja seni dan penggiat medsos.

BACA JUGA:   UMKM Diharapkan Bisa Beralih Ke Ekosistem Digital

I Wayan Wahyu Diantara mengatakan, kebijaksanaan dalam menelaah dan menyaring informasi memainkan peranan penting dalam penggunaan media digital, termasuk pemahaman nilai konten yang positif dan negatif.

“Kita harus menyadari bahwa jejak digital tidak bisa benar-benar dihapus. Jadi, begitu kita unggah, selamanya posting-an tersebut akan tertinggal di dunia digital,” kata I Wayan Wahyu. “Kita pahami juga tentang kebenaran, kita berpikir dulu apakah informasi itu memang benar. Perbanyaklah posting-an positif yang berguna buat orang lain, bukan konten negatif.”

Dampak positif dari kemajuan teknologi digital, khususnya media sosial, ternyata juga dialami oleh industri kesenian. “Selama pandemi, pergelaran seni beralih virtual. Media sosial pun jadi alat bagi seniman untuk mengekspresikan karya seninya sehingga memberikan ruang pertunjukan yang lebih luas dan menjangkau orang lebih banyak,” ujar I Gede Arum Gunawan.

BACA JUGA:   Potret, Edit, Posting di Medsos

“Banyak manfaat lebih dari penggunaan media digital bagi kesenian, termasuk kelebihan akan penampilan seni yang lebih sempurna karena kita bisa mengambil ulang,” ujar I Gede Arum Gunawan.

Namun, untuk memperkenalkan industri kesenian Indonesia secara digital, diperlukan manajemen publikasi dan jejaring komunitas untuk menyebarkan gelaran acara lebih masif ke ruang digital.

Di sisi lain, teknologi digital juga bisa memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang kurang berhati-hati maupun kurang literasi digital. Salah satu contohnya adalah dalam hal terjerat bisnis pinjaman online atau fintech ilegal.

Anggie Arinngsih mengatakan, perlu juga adanya kehati-hatian memilah mana fintech yang legal dan ilegal agar konsumen tidak terperangkap.

Fintech lending ilegal biasanya tidak memiliki izin resmi, tidak ada identitas pengurus dan alamat kantor yang jelas, bunga atau biaya pinjaman dan denda jelas dan tidak terbatas, memiliki akses keseluruhan data yang ada di telepon genggam dan adanya ancaman teror kekerasan, penghinaan, penyebaran data pribadi,” ujar Anggie.

BACA JUGA:   Sulit Dihapus, Jejak Digital Buruk Pengaruhi Masa Depan

Karenanya, masyarakat diimbau untuk hati-hati dalam memilih fintech dan membaca dengan cermat persyaratan yang diajukan.

“Jika ada kata-kata mengakses ponsel Anda, jangan. Karena fintech hanya diperbolehkan mengakses beberapa saja. Jika penagihan dilakukan dengan kekerasan, itu pasti ilegal,” jelas Anggie.

Anggie juga berharap masyarakat yang merasa terbantu dengan mendapat kemudahan di fintech yang legal bisa berbagi di media sosial agar orang lain juga terbantu dengan adanya fintech yang legal.