Hoaks Berseliweran di Dunia Maya

Friday, 03 December 21 Venue

Kehidupan masyarakat modern saat ini semakin lekat dan tidak bisa dipisahkan dari teknologi informasi. Bahkan teknologi informasi bisa dibilang sangat mempengaruhi cara berpikir dan kehidupan masyarakat.

“Namun sayangnya tidak semua informasi yang beredar melalui teknologi informasi seperti smartphone merupakan informasi yang benar dan objektif,” kata Warahatsangka, Sales & Marketing Manager PT. ARI, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Rabu (01/12/2021). Menurutnya, banyak berita palsu dan hoaks yang berseliweran di dunia maya sekarang ini.

“Salah satu yang benar-benar harus diwaspadai masyarakat yaitu berita yang kebenarannya dikaburkan dengan metode framing,” tambah Warahatsangka. Tujuannya, kata dia, untuk menggiring pembacanya kepada persepsi yang diinginkan oleh penyebar informasi.

BACA JUGA:   Literasi Digital Tak Sekadar Menguasai Teknologi

Dia mengatakan, parahnya, belum semua pengguna ruang digital mempunyai kecakapan untuk menyaring berita-berita yang beredar. Sehingga sering ditemukan berita palsu, hoaks, dan berita yang kebenarannya dikaburkan lalu disebarkan lagi oleh netizen.

“Ada kebenaran yang dikaburkan, biasanya hal itu terjadi di dunia politik. Kebenaran tidak digamblangkan ke publik, tapi digiring ke informasi yang keliru. Biasanya oleh orang-orang yang pintar membuat narasi-narasi,” ujarnya.

Menurut Warahatsangka, metode sebaliknya juga kerap dilakukan, yaitu mengaburkan hal-hal yang salah dengan berbagai narasi. “Permainannya framing, mengonstruksi narasi-narasi di media, menyusunnya secara baik,” ujar dia.

Dia mengatakan, pentingnya kecakapan digital untuk menangkal berbagai berita palsu, hoaks, dan berita yang dikaburkan. Konkretnya dengan selalu mengecek kebenaran informasi dan sumber beritanya, tidak asal share informasi.

BACA JUGA:   Tips Mengatasi Masalah Keamanan Transaksi Digital

Untuk memerangi berita palsu dan hoaks tidak bisa hanya dilakukan pemerintah. Melainkan harus dengan partisipasi aktif masyarakat, organisasi masyarakat, guru, orang tua, aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.

“Di ruang digital kita harus logis dan berpikiran kritis. Ada informasi dikritisi dulu. Tidak asal diterima dan disebarkan. Selalu cek dan ricek, dari mana sumber dan kebenarannya. Kita harus berani jadi terminal akhir berita hoaks,” katanya.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Arahkan Anak Gunakan Internet Sehat

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).