Salah satu terobosan alat pembayaran masa kini yaitu dengan menggunakan dompet digital atau biasa disebut e-Wallet. Misalnya saja untuk membayar tagihan, setelah mendepositkan sejumlah dana, pembayaran bisa dilakukan melalui e-Wallet.
“e-Wallet memiliki fungsi yang hampir sama seperti dompet fisik pada umumnya,” kata Danis Kirana, Co-Founder Dako Brand & Communication, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, untuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Senin (19/7/2021).
Menurut dia, e-Wallet pertama kali diakui sebagai sebuah metode untuk menyimpan uang dalam bentuk elektronik, namun kemudian menjadi populer karena cocok untuk menyediakan cara yang nyaman bagi pengguna internet untuk menyimpan dan menggunakan informasi berbelanja secara online.
Penyedia-penyedia jasa e-Wallet seperti OVO, Gopay, Dana dan lain sebagainya seringkali menawarkan berbagai macam promo menarik seperti cashback, voucher discount dan sebagainya yang menjadikan e-Wallet menjadi pilihan yang tepat untuk membayar transaksi.
“Hal tersebut merupakan salah satu dari kelebihan menggunakan e-Wallet. Namun, e-Wallet bukan hanya memiliki kelebihan, tapi juga kelemahan,” ujar Danis. Dia pun menutirkan, beberapa kelemahan menggunakan e-Wallet yaitu sebagai berikut:
- Layanannya masih terbatas.
Meskipun menawarkan banyak kemudahan namun layanan e-Wallet masih terbatas. e-Wallet hanya bisa digunakan untuk merchant yang sudah bekerja sama dengan penerbit e-Wallet itu sendiri.
- Tidak menawarkan imbal balik.
Dompet digital tidak sama dengan rekening bank yang jika semakin banyak uang yang didepositkan maka tidak ada bunga sama sekali. Keunggulannya e-Wallet tidak membebani biaya administrasi yang mampu mengurangi saldo. Uang di e-Wallet tidak akan berkembang.
- Uang tak bisa dicairkan.
Uang yang sudah didepositkan dalam dompet digital tidak bisa dicairkan. Apabila bisa dicairkan maka hanya terbatas transfer ke sesama pemilik aplikasi. Apalagi ada batas maksimum saldo sehingga ada ambang batas transaksi yang diterapkan.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0