Pengenalan gawai terlalu dini pada anak ternyata memengaruhi perkembangan kemampuan kognitif seperti kemampuan mengingat, memecahkan masalah, berpikir, dan mengambil keputusan. Hal itu dikatakan Rynold Aberson Pardede, Project Director at Blen Cuit, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (10/11/2021).
“Anak-anak juga akan mudah merajuk, menangis, bahkan tantrum saat tidak diberi izin menggunakan gawai. Karena ini (gawai) sudah menjadi obsesi buat mereka,” ujar dia.
Selain itu, Lanjut dia, interaksi sosial tatap muka seperti berkomunikasi dengan orangtua atau orang lain menjadi tidak lancar, karena tidak terbiasa dan kebanyakan mengisolasi diri dengan keasikan bermain gawai. Gawai, kata Rynold, juga memancarkan spektrum cahaya yang terus menerus dan sebagian panjang gelombang cahaya tidak baik untuk mata jika digunakan terlalu lama.
“Mudah sekali sekarang menemukan anak anak yang menggunakan kacamata di usia dini, karena saat melihat gawai tanpa sadar kita lebih jarang mengedip sehingga mata mudah kering, otot mata hanya fokus pada jarak dekat sehingga saat melihat jauh jadi sulit fokus,” kata dia.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0