Perkembangan teknologi dewasa ini telah menunjukkan dunia telah memasuki era baru yang sering dikenal dengan era digital. Istilah ini, kata Yulius Christian, Kepala Dinas KOMINFO Kabupaten Probolinggo, digunakan untuk menggambarkan situasi perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital.
“Hal paling nyata yang dapat dirasakan, yaitu pesatnya arus pertukaran informasi. Sejak kehadiran internet, setiap orang dapat mengakses, memberikan, menyebarkan, berkomunikasi, dan melakukan berbagai aktivitas secara online,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (23/11/2021).
Berbagai media, kata Yulius, dapat digunakan secara bebas dan luas. Didukung lagi dengan akses terhadap informasi yang tidak terbatas. “Dengan segala akses kemudahan yang diberikan, perubahan ini telah memengaruhi pola kehidupan anak,” kata dia.
Dia melanjutkan, “tidak bisa dimungkiri, anak-anak di zaman sekarang sangat bergantung pada perangkat digital. Tidak heran juga jika anak-anak saat ini disebut sebagai generasi digital. Seiring kemajuan teknologi dan gencarnya penetrasi smartphone yang begitu besar, membuat anak-anak masa kini semakin ‘digital native‘,” ujar Yulius.
Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak menurut dia merupakan suatu keharusan. Orangtua merupakan pendidik pertama bagi tumbuh kembang anak. Bentuk pendidikan dalam keluarga bersifat pengasuhan.
“Pengasuhan sangat erat kaitannya dengan kemampuan orangtua memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial, emosional bahkan spiritual anak. Ini adalah sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi, dan interaksi orangtua untuk mendukung perkembangan anak,” kata Yulius.
Dia mengatakan, terdapat beberapa tips yang bisa diterapkan dalam mendidik anak di era digital dewasa ini sekaligus menciptakan interaksi antara orangtua dan buah hati, di antaranya:
- Batasi waktu penggunaan gawai
Berbagai aktivitas akan berkontribusi terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Pastikan menetapkan batasan yang wajar untuk waktu penggunaan gawai bagi anak di rumah. Hal ini dilakukan demi mendorong anak mengisi kegiatannya dengan sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti bermain, membaca buku, bahkan menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah.
- Jadilah panutan yang baik
Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada apa yang diajarkan kepada mereka. Orangtua dianggap sebagai guru pertama bagi anak-anak, jadi pastikan untuk menjadi panutan yang baik bagi mereka. Orangtua juga sebaiknya membatasi penggunaan media sosial yang merupakan cara yang sangat efektif ketika ingin memberikan contoh kepada mereka.
- Jangan pernah menggunakan gawai sebagai alat penenang emosi anak
Belakangan, mungkin sering menyaksikan para orangtua menggunakan teknologi sebagai penenang emosi bagi anak-anaknya. Dalam kasus anak membuat ulah atau di luar kendali, yang tak sedikit membuat orangtua menggunakan gawai seperti halnya video game sebagai alat untuk menenangkan mereka. Hal ini justru akan menjadi masalah dalam jangka panjang.
- Menjembatani kesenjangan komunikasi
Komunikasi tatap muka secara teratur dengan anak adalah cara yang bagus untuk tetap terhubung dengan mereka, dan membantu orangtua untuk menjembatani kesenjangan dalam berkomunikasi. Kegiatan komunikasi tatap muka sangat penting dalam keterampilan pengembangan bahasa mereka.
- Ciptakan zona bebas teknologi di rumah
Zona tanpa layar di rumah, terutama selama waktu makan, pertemuan keluarga, atau tempat tertentu di rumah akan menjadi praktik yang sangat baik dalam membatasi hal tersebut. Cara terbaik untuk memulai praktik ini adalah dengan mematikan televisi saat jam makan atau diskusi keluarga.
- Orangtua harus bekerja sama dengan guru di sekolah
Orangtua dan guru harus bekerja sama sebagai komunitas untuk membesarkan warga digital yang bertanggung jawab. Banyak sekolah telah beralih ke pembelajaran digital untuk mendidik siswa.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0