Kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia merupakan salah satu kebanggaan turun-temurun yang diwariskan oleh berbagai suku dan etnis di Tanah Air. Budaya ini, kata Aditya Nova, Ketua Jurusan Hotel Pariwisata IULI, menjadi kekayaan yang tak ternilai harganya dan tentunya tak dimiliki bangsa lain.
“Kebudayaan merupakan hasil kehidupan bermasyarakat yang menjadi budaya hidup sehari-hari dan dituangkan dalam berbagai wujud secara verbal maupun karya seni,” kata dia dalam webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (7/9/2021).
Pelestarian budaya, kata Aditya, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui makanan. “Cerita kuliner kesukaan melalui media sosial pun merupakan bentuk pengenalan budaya dan upaya pelestarian,” ujar dia.
Segala aktivitas saat mencicipi kuliner lokal dan panorama indah berbagai tempat wisata Indonesia, menurut Aditya, dapat disebarkan melalui media sosial oleh para milenial. “Sehingga tidak ada kesempatan imperialisme budaya luar yang mengikis kecintaan terhadap budaya negeri sendiri seperti adat istiadat, musik, maupun kearifan lokal bangsa Indonesia.”
Adapun imperialisme budaya, kata Aditya, datang dan masuk karena adanya kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan interaksi lintas negara, meleburkan batas-batas geografis dan kultural sehingga berbagai kepentingan ideologi, ekonomi, politik, dan budaya saling bertukar secara kompleks dan kompetitif.
Aditya mengatakan, globalisasi dan teknologi tak dapat dihindari menjadi suatu kemajuan bagi negara namun hal tersebut perlu didukung oleh perilaku warganya dari semua konsumtif menjadi produktif. “Penggunaan media digital semakin dipermudah dengan teknologi mobile. Jika pengaruh media sosial dan teknologi modern bisa diaplikasikan sedemikian rupa untuk kebutuhan bisnis, tentunya hal ini bisa digunakan juga untuk menyebarkan kebudayaan Indonesia,” ujar Aditya.
Upaya lainnya menurut Aditya yang bisa secara nyata memberikan kontribusi yaitu menonton festival budaya yang secara rutin diadakan di berbagai daerah di Indonesia. Sebab saat ini generasi milenial cenderung lebih memilih menonton konser grup musik favoritnya ketimbang ikut festival budaya. Apalagi berbagai wisata daerah terkenal juga sering mengadakannya, misalnya Festival Danau Sentani di Papua dan Dieng Culture Festival yang ikut memadukan unsur musik dan pemandangan negeri di atas awan dari daerah Wonosobo.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0