Setiap hari, pengguna internet bertambah banyak. Begitu juga dengan konten-konten yang tayang di dunia digital. Saat ini, menurut Mohammad Rofiuddin, Praktisi Digital Marketing & Relawan TIK Jawa Timur, terdapat sekitar 1.400 artikel baru, 2,4 juta konten digital yang dibagikan oleh para pengguna Facebook, 270 ribu tweets baru di Twitter, 347 ribu foto dibagikan oleh para pengguna WhatsApp, 216 ribu foto baru di-posting oleh para pengguna Instagram, 72 jam video baru diunggah ke YouTube.
“Data-data tersebut menunjukkan fakta bahwa internet semakin dibanjiri konten-konten baru,” katanya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (12/8/2021).
Hal itu, lanjut dia, pada akhirnya membuat konten digital semakin sulit untuk menarik perhatian audiens. “Bukankah sia-sia apabila kita memproduksi dan mempublikasikan konten, namun tidak berhasil menarik perhatian audiens. Untuk itu, ada berbagai cara agar konten dapat menarik perhatian audiens di antara maraknya konten di dunia digital,” ujar Rofiuddin. Berikut beberapa cara agar konten dapat menarik perhatian audiens:
- Kenali target audiens sebaik mungkin.
Agar konten-konten digital yang telah dibuat dan distribusikan dapat menarik perhatian target audiens, langkah pertama dan paling penting adalah mengenali audiens sebaik dan seakurat mungkin. Cara paling utama, tentu saja melakukan riset pasar. Karena melalui riset pasar, bisa mendapatkan data yang berguna untuk membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting pada saat membuat strategi dan perencanaan yang tepat untuk konten digital.
- Buatlah strategi perencanaan yang tepat.
Memproduksi dan mendistribusikan konten-konten digital membutuhkan strategi dan perencanaan yang tepat agar nantinya berhasil menarik perhatian target audiens secara konsisten dan terus menerus. Setelah melakukan riset pasar dan berhasil mengenali target audiens, langkah berikutnya adalah membuat strategi dan perencanaan yang tepat. Dalam membuat strategi dan perencanaan, minimal harus menentukan tiga hal, yaitu jenis konten digital seperti apa yang tepat dan cocok untuk target audiens, media digital apa yang harus digunakan untuk mendistribusikan konten, dan besarnya anggaran tiap bulan.
- Konten harus memiliki karakter yang kuat.
Tidak hanya aktor atau aktris saja yang harus berperan dengan karakter yang kuat agar film tersebut disukai dan enak dinikmati. Konten digital pun harus memiliki karakter yang kuat dan seragam. Untuk memberikan dan mendefinisikan karakter konten, kita bisa menambahkan kata-kata yang bersifat, informatif, edukatif, lucu, menghibur, inspiratif, menyentuh hati, dan lain sebagainya.
- Pastikan konten orisinil.
Tidak dapat ditawar lagi, konten digital yang diproduksi haruslah orisinil. Namun, hal ini bukan berarti tidak boleh mengambil inspirasi atau ide dari konten lain. Bisa saja kita mengambil inspirasi atau ide dari konten yang sudah ada sebelumnya.
- Pastikan konten dapat memberikan nilai tambah kepada audiens.
Apabila konten secara konsisten dapat memberikan nilai tambah bagi audiens, maka konten lebih mudah untuk menarik perhatian audiens dan membuat mereka menjadi loyal. Banyak nilai tambah yang bisa kita berikan melalui konten, misalnya, membuat audiens yang tidak tahu informasi produk kita menjadi familier (informatif), mengedukasi audiens, dan lain sebagainya.
- Gunakan media digital yang tepat untuk mendistribusikan konten.
Setelah memproduksi konten digital dengan tepat, hal penting berikutnya adalah bagaimana mendistribusikan konten-konten tersebut kepada target audiens. Cara yang tepat untuk mengetahui media digital yang cocok digunakan untuk menjangkau target audiens, adalah dengan melakukan riset pasar. Karena melalui riset ini, kita bisa menghasilkan data tentang media digital apa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat setiap harinya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0