Dunia periklanan tidak akan pernah mati. Selama ada pihak yang ingin mempromosikan produk atau jasanya, maka akan ada vendor yang menyediakan media promosinya, baik secara konvensional menggunakan baliho atau billboard maupun secara digital. Permasalahannya, ada beberapa hambatan saat pemasangan iklan yang ditemui pemegang brand maupun advertising agency, seperti proses panjang dan rumit, teknologi yang usang, pajak yang tinggi, biaya iklan yang mahal, sulitnya mengetahui laporan, lokasi iklan yang statis, teknologi tidak memadai, dan susah dilacak.
Untuk memenuhi kebutuhan para pengiklan maupun vendor media iklan, pada 14 Februari secara resmi telah diluncurkan aplikasi Ads Mall yang merupakan platform marketplace advertising pertama di dunia dan Indonesia yang memenuhi kebutuhan dan tayangan dari partner periklanan dan klien yang membutuhkan periklanan.
Yohanes Rocky, Chief Executive Officer Ads Mall, mengatakan, “Pasar advertising di Indonesia sangat besar, tapi harganya sangat tidak transparan. Jadi, itu tantangan bagi brand maupun media, di mana brand meminta harganya mahal sekali, dan media ditekan semurah mungkin.”
Yohanes menambahkan, Ads Mall dibentuk untuk mengatasi persoalan tersebut. “Kami bersyukur bisa menjadi platform marketplace pertama di dunia karena kami yang terlengkap dan terluas,” ujar Yohanes. “Kami menjadi solusi bagi pengiklan dan media.”
Sementara itu, Hermanto, Vice President of Operation Ads Mall, mengatakan, “Kelebihan kita adalah harga yang transparan. Tidak ada biaya registrasi dan abodemen. Yang tahu harganya hanya pemasang iklan dan pemilik media.”
“Kita tidak ada yang namanya biaya agensi, jadi bujet mereka bisa disesuaikan sendiri. Biaya agensinya nol rupiah. Sesama vendor tidak bisa intip-intipan harga, jadi rahasianya terjaga. Itu untuk mengurangi banting-bantingan harga,” ujar Hermanto.
“Ketika klien mau memasang iklan, nanti mereka bisa chatting dulu dengan vendor untuk nego harganya. Itu yang tidak bisa dilihat oleh vendor lain. Yang bisa dilihat oleh vendor lain hanya publish rate-nya saja,” ujar Yohanes.
Dunia periklanan tidak akan pernah mati. Selama ada pihak yang ingin mempromosikan produk atau jasanya, maka akan ada vendor yang menyediakan media promosinya, baik secara konvensional menggunakan baliho atau billboard maupun secara digital. Permasalahannya, ada beberapa hambatan saat pemasangan iklan yang ditemui pemegang brand maupun advertising agency, seperti proses panjang dan rumit, teknologi yang usang, pajak yang tinggi, biaya iklan yang mahal, sulitnya mengetahui laporan, lokasi iklan yang statis, teknologi tidak memadai, dan susah dilacak.
Untuk memenuhi kebutuhan para pengiklan maupun vendor media iklan, pada 14 Februari secara resmi telah diluncurkan aplikasi Ads Mall yang merupakan platform marketplace advertising pertama di dunia dan Indonesia yang memenuhi kebutuhan dan tayangan dari partner periklanan dan klien yang membutuhkan periklanan.
Yohanes Rocky, Chief Executive Officer Ads Mall, mengatakan, “Pasar advertising di Indonesia sangat besar, tapi harganya sangat tidak transparan. Jadi, itu tantangan bagi brand maupun media, di mana brand meminta harganya mahal sekali, dan media ditekan semurah mungkin.”
Yohanes menambahkan, Ads Mall dibentuk untuk mengatasi persoalan tersebut. “Kami bersyukur bisa menjadi platform marketplace pertama di dunia karena kami yang terlengkap dan terluas,” ujar Yohanes. “Kami menjadi solusi bagi pengiklan dan media.”
Sementara itu, Hermanto, Vice President of Operation Ads Mall, mengatakan, “Kelebihan kita adalah harga yang transparan. Tidak ada biaya registrasi dan abodemen. Yang tahu harganya hanya pemasang iklan dan pemilik media.”
“Kita tidak ada yang namanya biaya agensi, jadi bujet mereka bisa disesuaikan sendiri. Biaya agensinya nol rupiah. Sesama vendor tidak bisa intip-intipan harga, jadi rahasianya terjaga. Itu untuk mengurangi banting-bantingan harga,” ujar Hermanto.
“Ketika klien mau memasang iklan, nanti mereka bisa chatting dulu dengan vendor untuk nego harganya. Itu yang tidak bisa dilihat oleh vendor lain. Yang bisa dilihat oleh vendor lain hanya publish rate-nya saja,” ujar Yohanes.
KOMENTAR
0