Apresiasi Pendamping Desa Wisata

Thursday, 03 December 20 Erwin Gumilar

Guna meningkatkan kualitas pengelolaan desa wisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggandeng beberapa perguruan tinggi di Tanah Air untuk menjadi lembaga pendamping dalam pengelolaan. Tahun ini, ada 105 perguruan tinggi yang ikut menjadi pendamping.

Untuk mengapresiasi hasil pendampingan tersebut, pada 2 Desember kemarin di Hotel Raffles Jakarta, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan penghargaan kepada 20 perguruan tinggi yang dianggap sesuai dengan target dalam memberikan pendampingan.

Wishnutama Kusubandio, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengungkapkan, pendampingan oleh perguruan tinggi dalam pengelolaan desa wisata merupakan bagian dari strategi kepariwisataan nasional yang mengedepankan quality tourism.

“Setelah pandemi, kami semakin yakin bahwa quality tourism adalah masa depan sektor pariwisata Indonesia. Quality tourism adalah konsep pariwisata yang memberikan pengalaman berbeda, unik, dan tidak ada di tempat asalnya,” katanya saat membuka malam Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik Dalam Pendampingan Desa Wisata Tahun 2020.

BACA JUGA:   Pemerintah Wajibkan Sertifikasi Halal di 3.000 Desa Wisata

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi kepada 105 perguruan tinggi yang telah melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dalam rangka pengembangan desa wisata melalui pelatihan dan pendampingan SDM pada 27 Februari 2020.

“Mereka melakukan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen yang mendampingi desa wisata dengan cakupan materi seperti sadar wisata, sapta pesona, protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability), pelayanan prima (exploring, packaging, presentation) dan pengembangan potensi produk pariwisata,” katanya.

BACA JUGA:   Sandiaga Uno: Ada 1.200 Desa Berpotensi Menjadi Desa Wisata

Menurutnya, momentum saat ini dinilai tepat ketika pandemi seluruh insan pariwisata memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan pengetahuan hingga menambah skill diri. “Ini juga bagian dari penyiapan SDM di desa wisata untuk berkompetisi di ranah global,” katanya.

Selain itu, ia juga menjelaskan, implementasi protokol kesehatan di desa wisata menjadi hal yang penting, untuk menumbuhkan kepercayaan diri wisatawan yang akan datang berlibur ke desa mereka.

“Ini juga menjadi momentum untuk re-save atau redesign dan revitalisasi desa wisata, sekaligus untuk daya saing pariwisata. Latar belakangnya juga agar destinasi desa wisata ini lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing di level domestik dan internasional,” ujarnya.

BACA JUGA:   Pariwisata Menyejahterakan Desa

Dari 20 penerima penghargaan, Sekolah Tinggi Pariwisata Riau yang melakukan pelatihan dan pendampingan di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, berhasil menjadi yang terbaik dengan menempati peringkat pertama. Kemudian, secara berurutan diikuti Akademi Pariwisata Mandala Bhakti di Desa Wisata Lembah Dongde – Desa Gentungan Karang Anyar, Jawa Tengah, serta Universitas Negeri Jakarta di Desa Cisaat Subang, Jawa Barat.