Sukabumi dan Mojokerto Potensial untuk Desa Wisata

Tuesday, 28 May 19 Bayu Hari

Turisme sebagai alat pendorong perekonomian desa terus digalakkan oleh pemerintah melalui program pembangunan desa wisata.

Program pengembangan desa wisata itu antara lain tengah diterapkan di kawasan Sukabumi dan Mojokerto. Kepala Bidang Pengembangan Masyarakat Pariwisata Kementerian Pariwisata Ambar Rukmi, di Sukabumi, Sabtu (25/5/2019) mengatakan dua lokasi tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata desa.

Oleh karena itu, Kemenpar menggelar Bimbingan Teknis Pengembangan Desa Wisata di dua lokasi tersebut yakni di Hotel Santika Sukabumi, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan di Sanggar Bhagaskara, Desa Wisata Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

BACA JUGA:   Desa Wisata Akan Menjadi Program Unggulan Kemenparekraf

“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa wisata agar mereka mampu berinovasi dan mengembangkan potensi desa,” katanya. Tak kalah penting kata dia, komitmen dan peran kepala desa untuk menyinergikan program pengembangan desa wisata dengan pihak-pihak lain.

“Untuk membangun dan mengembangkan desa wisata perlu komitmen antara kepala desa kemudian masyarakatnya. Karena dalam hal ini Kemenpar hanya sebatas fasilitator dan motivator,” kata Ambar.

BACA JUGA:   Labuan Bajo Bukan Hanya Komodo

Ia juga mengingatkan, pentingnya masyarakat desa untuk menerapkan konsep sapta pesona untuk menyambut wisatawan yang datang. Sapta pesona terdiri dari tujuh unsur yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

Caranya, kata Ambar, bisa dimulai dengan menyediakan fasilitas umum beserta pelayanan yang baik kepada wisatawan.“Misalnya menyediakan minuman selamat datang atau ‘welcome drink‘ khas desa ini,” katanya.

BACA JUGA:   Kementerian Pariwisata Targetkan 100.000 Homestay Desa Wisata

Tidak hanya itu, lanjut Ambar, keberadaan homestay dengan fasilitas kamar tidur yang baik harus tersedia. Lalu kamar mandinya juga harus layak bagi wisatawan baik asing maupun lokal.

“Semua hal ini perlu diperhatikan oleh semua masyarakat, perangkat desa, serta dinas pariwisata setempat. Ini cara agar desa ini tidak hanya menjadi tempat transit. Tapi juga bisa menjadi fokus destinasi wisata bagi wisatawan,” jelas Arum.