Kementerian Pariwisata mengadakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II 2017 selama dua hari pada 18-19 Mei 2017 di Birawa Assembly Hall Hotel Bidakara. Rakornas ini mengangkat tema “Indonesia Incorporated: 20.000 Homestay Desa Wisata Pada Tahun 2017”, dengan agenda sejumlah topik menarik, seperti legalitas lahan, pengembangan homestay desa wisata, skema pendanaan homestay desa wisata, dan skema pengelolaan homestay desa wisata.
Indonesia sendiri 74.954 desa yang tersebar di seluruh nusantara, dan 1.902 di antaranya sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Selain menawarkan keindahan alam, desa wisata juga sangat kental dengan budaya dan kearifan penduduk lokal yang menjadi daya tarik untuk ditawarkan kepada para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Karena itu, pemerintah mendorong keberadaan homestay di desa wisata tersebut sebagai akomodasi untuk wisatawan yang ramah lingkungan.
Selain itu, homestay juga menjadi gerbang peluang bisnis jasa lainnya, seperti penyewaan kendaraan, jasa kuliner, jasa parkir, jasa pemandu wisata, penatu, dan cenderamata. Semua peluang usaha tersebut tentunya membutuhkan SDM sehingga kehadiran homestay desa wisata dinilai sebagai bisnis yang mampu membuka banyak lowongan pekerjaan. Kehadiran homestay desa wisata juga sejalan dengan tiga kunci utama pengembangan pariwisata, yakni atraksi, aksesibilitas, dan amenitas (3A).
Singkatnya, homestay memiliki konsep low cost tourism dengan menggunakan arsitektur nusantara dengan rencana pembangunan selama enam bulan. Rhenald Kasali, Pendiri Rumah Perubahan, mengatakan, selain pembangunannya yang cukup singkat dibanding jika membangun hotel yang memakan waktu bertahun-tahun, homestay juga akan mengatasi ketimpangan ekonomi yang ada.
(Baca juga: Kementerian Pariwisata Menyusun Pedoman Crisis Center Pariwisata)
Pemerintah sendiri telah mengadakan sayembara desain arsitektur homestay desa wisata dengan jumlah peserta tercatat mencapai 728 peserta. Sayembara tersebut telah berlangsung dari 1 Agustus 2016 hingga 25 Oktober 2016 dengan menghadirkan dewan-dewan juri Yori Antar (Ketua), Bambang Eryudhawan, Dharmali Kusumadi, Eko Alvares, Endy Subijono, Hari Sungkari, dan Herry Purnomo.
Untuk mencapai pembangunan, Kementerian Pariwisata sebagai fasilitator membagi menjadi empat mekanisme, yakni konversi, renovasi, revitalisasi, dan bangun baru homestay, dengan target 20.000 homestay pada 2017. Lalu, pada 2020 diharapkan sudah ada 100.000 homestay yang tersebar di 2.000 desa wisata. Pelaksanaannya pun melibatkan peran pihak-pihak terkait, antara lain beberapa kementerian dan lembaga.
“Presiden telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector, sebab pariwisata menurut saya adalah penyumbang PDB, devisa, dan lapangan pekerjaan yang paling mudah dan murah. Pada tahun 2020, diharapkan industri pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar di Indonesia,” ujar Arief Yahya. Arief Yahya menambahkan, untuk mengembangkan 10 destinasi prioritas pariwisata, dibutuhkan investasi minimal US$20 miliar.
KOMENTAR
0