Lima Trend Pembayaran B2B Tahun 2025

Friday, 27 December 24 Bonita Ningsih

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan di tahun 2025 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 5,2 persen. Ekonomi digital diprediksi akan menjadi salah satu pendorong utama dalam pertumbuhan ini.

Laporan e-Conomy SEA 2024 oleh Google, Temasek & Bain menyebutkan bahwa ekosistem ekonomi digital Indonesia mengalami pertumbuhan 40 persen dari total transaksi ekonomi digital ASEAN. Nilainya diperkirakan mencapai US$200 – 300 miliar atau setara Rp3 – 4 triliun di tahun 2030.

Angka tersebut menciptakan peluang untuk menghadirkan berbagai teknologi pendukung seperti pembayaran real-time, artificial intelligence (AI), machine learning (ML), Optical Character Recognition (OCR), dan menjamurnya metode pembayaran berbasis digital. Hasilnya, pelaku usaha berbagai skala dan sektor termasuk business-to-business (B2B) juga mulai mengadopsi teknologi tersebut untuk berbagai alasan seperti memperluas pasar meningkatkan efisiensi operasional. 

Namun, efisiensi operasional B2B masih menghadapi berbagai tantangan seperti fragmentasi dari sistem pembayaran serta waktu pembayaran rata-rata yang dapat memakan waktu hingga 34 hari. Bahkan, 40 persen faktur (invoice) yang diterbitkan pelaku usaha tidak dibayar tepat waktu akibat proses manual, kurangnya transparansi pengelolaan keuangan, kesalahan administrasi seperti data yang tidak akurat dan lambatnya proses verifikasi dokumen.

BACA JUGA:   Lima Hal Wajib Sebelum Mengikuti Perjalanan Insentif

Melihat tantangan tersebut, Paper.id, meluncurkan white paper 2025 Outlook: The Future of B2B Transactions in Indonesia – 5 Key Trends and Technologies. Paper.id sendiri merupakan platform invoicing dan pembayaran digital di Indonesia yang berkomitmen membantu pelaku bisnis mengatasi tantangan-tantangan operasional melalui solusi teknologi terkini. 

“Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang krusial bagi pelaku bisnis di mana adopsi teknologi akan menjadi salah satu faktor utama yang menentukan kemampuan bisnis untuk tetap kompetitif dan relevan di pasar global yang terus berkembang. Ke depannya, kami akan terus menghadirkan teknologi inovatif yang selaras dengan tren terbaru untuk mendukung bisnis agar tetap kompetitif dan dapat memaksimalkan peluang,” kata Yosia Sugialam, CEO dan Co-Founder Paper.id.

White paper tersebut memaparkan tren teknologi digital yang dapat mendorong transformasi operasional B2B menjadi lebih efisien dan inklusif. Adopsi dari inovasi tersebut diprediksi mampu membantu perusahaan tetap kompetitif di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

BACA JUGA:   Vaksinasi Pelaku Parekraf Dimulai di Bali

Dalam hal ini, Paper.id mengkategorikan 5 tren utama pembayaran B2B di 2025 menjadi Otomatisasi Manajemen Piutang dan Utang (AR/AP Automation), Integrasi AI dan ML, Kartu Virtual (Virtual Cards), Pembayaran Lintas Batas (Cross-Border Payments) dan Keamanan Proaktif dalam Transaksi Digital. Tahun 2025 diprediksi menjadi titik penting dalam transformasi pembayaran B2B, dengan adopsi teknologi yang kian masif untuk menjawab kebutuhan bisnis yang semakin kompleks.

“Tantangan dalam adopsi teknologi itu tidak hanya dialami oleh perusahaan mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga oleh perusahaan besar. Sebagai contoh, kami menemukan bahwa pekerjaan operasional dan administratif dari bisnis skala besar itu dapat dioptimalkan dengan pemanfaatan teknologi seperti OCR. Teknologi ini dapat memudahkan tim operasional perusahaan untuk mengidentifikasi kecocokan dokumen invoice dan form pemesanan dari berbagai template dan ragam penulisan barang,” ucap Jeremy Limman, Chief Product Officer dan Co-Founder Paper.id.

Di tengah maraknya kemajuan teknologi di sektor pembayaran dan ekonomi digital, kolaborasi antara industri perbankan, regulator, asosiasi hingga key player dalam ekosistem menjadi penting penting. Tujuannya adalah untuk memastikan setiap inovasi yang diluncurkan sesuai dengan aturan yang berlaku dan disosialisasikan dengan baik ke masyarakat luas.

Lily M. Sambuaga, Wakil Ketua Umum I AFTECH, mempertegas kolaborasi fintech dengan lintas sektor dapat menjadi kunci meningkatkan daya saing industri serta mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia. AFTECH berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi antar stakeholders terkait agar menghasilkan inovasi yang aman, dapat diandalkan, dan mudah diakses oleh masyarakat Indonesia.

BACA JUGA:   SMOOT Gandeng Paper.id untuk Akselerasi Efisiensi Bisnis 

Pada akhirnya, kolaborasi yang baik dan berkelanjutan secara bersamaan adalah kunci untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang kompetitif, berkelanjutan, dan mampu bersaing di pasar global. Misalnya saja digitalisasi B2B yang merupakan inovasi hasil kolaborasi berbagai pihak dapat mengakselerasi inklusi keuangan secara masif,” ujar Lily.