Cara Unik Mengemas Incentive Trip di Destinasi Domestik

Monday, 17 January 22 Bayu Hari
Experiential Tourism

Desa wisata punya peluang sebagai destinasi tujuan incentive trip. Yang terpenting programnya unik, dan tujuan perusahaan dapat terpenuhi.

Bertandang ke Medan tanpa makan durian memang tak sempurna. Tak heran, agenda makan durian kerap ada dalam paket perjalanan yang disusun perusahaan biro perjalanan ketika mengadakan trip ke Medan.

Namun, makan durian saja belum dapat memberikan pengalaman wow kepada peserta incentive trip. Agar mendapatkan efek wow ketika memakan durian, provider incentive trip memang dituntut untuk lebih kreatif.

“Proses makan durian yang hanya 30 menit itu dapat dibuat setengah hari. Harga satu durian yang puluhan ribu per buah, bisa dijual menjadi ratusan ribu. Itulah yang namanya quality tourism,” kata Nurfahmi, Ketua Umum AELI (Asosiasi Experiential Learning Indonesia).

BACA JUGA:   Strategi Menggelar Special Event

Bagaimana caranya? “Kita bawa mereka makan durian di kebun durian. Kita kemas dengan permainan edukasi, kita pasang alat safety yang mudah digunakan mereka untuk memetik durian. Dengan begitu, makan durian akan lebih memiliki rasa, memiliki insight,” kata Nurfahmi.

Mengemas paket incentive trip dengan cara yang tak biasa juga dinilai efektif oleh Anton Sumarli, Wakil Ketua Umum ASTINDO, untuk membujuk perusahaan memilih destinasi incentive trip di Indonesia saja. “Destinasi boleh sama, tapi cara menikmati bisa dibuat berbeda dan unik. Itulah yang akan kami jual. Berwisata di Indonesia dengan konsep baru,” kata Anton.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sekarang merupakan momentum yang tepat untuk memajukan destinasi lokal. Pasalnya, untuk pelesiran ke luar negeri memiliki proses yang kompleks, butuh waktu lama karena perlu karantina, dan biayanya lebih mahal.

BACA JUGA:   ASTINDO Akan Gelar Munas Secara Hybrid

Menurut Nurfahmi, desa wisata dapat menjadi alternatif destinasi tujuan incentive trip bagi perusahaan yang ingin memberikan pengalaman wow dalam berwisata. Kemudian, dia kembali memberikan contoh. Bentuk programnya bisa dikemas involve dengan kehidupan masyarakat desa. Semisal panen singkong, kemudian mengolahnya menjadi penganan enak.  

“Panen singkong bisa jadi program menarik yang membuat peserta mengalami perubahan rasa, dan kemudian memengaruhi perubahan cara berpikir,” katanya. “Ini wisata, tapi bisa mengajarkan sesuatu pada para peserta.”

Atraksi makan durian atau panen singkong yang diceritakan Nurfahmi merupakan cuplikan dari konsep yang dikenal dengan experiential tourism. Secara sederhana dapat dipahami sebagai metode belajar dari pengalaman yang dialami ketika berwisata.

BACA JUGA:   Tantangan SDM dan Pemasaran MICE

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam sebuah kegiatan experiential tourism diharapkan terjadi perubahan rasa. Peserta dapat belajar dari nilai-nilai yang ditemukannya kemudian menimbulkan performa yang lebih baik.

Bukankah itu yang diharapkan dari program incentive trip? Sebuah program apresiasi untuk para juara dan menjadi booster agar performanya menjadi lebih baik.  

“Kalau hanya sampai pada happy, sayang investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Karena dunia pariwisata yang menyenangkan ini bisa membantu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di dalam sebuah organisasi,” ujar Nurfahmi.