Pandemi Covid-19 semakin memperlihatkan betapa vitalnya peran internet. Keterbatasan gerak menyebabkan peningkatan aktivitas masyarakat di dunia maya. Berdasarkan temuan dari Google, Temasek, dan Bain & Company (2020), konsumen baru yang berbelanja melalui e-commerce meningkat 37% selama pandemi.
Sebelum pandemi, persentase masyarakat berusia 5-24 tahun yang menggunakan internet meningkat 25.32% dalam empat tahun terakhir. Dapat diperkirakan adanya peningkatan pengguna internet di kalangan anak-anak dan remaja selama masa pandemi akibat kebijakan belajar dari rumah (BDR). Peningkatan aktivitas secara daring selama masa pandemi ini semakin memperkuat urgensi peningkatan digital literasi bagi masyarakat.
Dalam Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, (10/6/2021), Danis Kirana, Co-Founder Dako Brand dan Communication, menerangkan beberapa cara untuk meningkatkan keamanan data pribadi masyarakat di internet. Langkah yang bisa dilakukan antara lain memisahkan akun pribadi dengan akun publik, selalu melakukan pengecekan dan atur ulang pengaturan privasi, menciptakan password yang kuat dan nyalakan verifikasi login, serta jangan sembarang memercayai aplikasi pihak ketiga yang ditawarkan atau akan digunakan.
“Selain itu, selalu berhati-hati dengan URL yang dipendekkan, menghindari berbagi lokasi pada waktu nyata (real time location sharing), lakukan data detox dengan kurangi jejak digital, dan menjaga kerahasiaan PIN atau PASSWORD pada ponsel atau laptop pribadi,” ungkapnya.
Meski jejak digital dianggap sebagai beban, bila dikelola dengan baik bisa menjadi aset. Jejak digital bisa menunjukkan identitas, keterampilan, dan minat. Ini penting dalam era di mana perusahaan “meng-google” pelamar untuk memeriksa identitas mereka dan memverifikasi kesesuaian data mereka.
“Dalam konteks ini, tidak memiliki jejak digital bisa sama tidak menguntungkannya dengan jejak digital yang dikelola dengan buruk,” katanya.
Danis menjelaskan, pentingnya teknologi digital sekarang ini yang bisa dimanfaatkan untuk hidup masa depan. Karena jejak digital yang buat oleh kita atau jejak digital yang orang lain buat dan di-share ke kita bisa mengubah sebuah citra.
“Tapi itu semua bisa diubah dengan beberapa cara, seperti mengidentifikasi siapa yang mengunggah apakah kita sendiri atau orang lain. Kalau kita yang mengunggah ada baiknya untuk segera menghapus unggahan tersebut. Sedangkan untuk orang lain yang menggunggah, kita di-tag dan kontennya berbau negatif, ada baiknya mengklarifikasi unggahan tersebut,” paparnya.
“Citra negatif maupun positif di media sosial dapat diubah apabila personal orangnya ataupun brand tersebut ingin mengubah. Sejak mengubah tampilan dan juga kualitasnya perlahan brand mereka banyak yang membeli. Kalau sisi negatif bisa berubah dengan sisi positif di dunia media sosial,” lanjutnya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0