Sejak era digital dimulai, akses informasi meluncur deras ke semua pengguna teknologi. Konten pornografi, porno aksi, dan konten porno lainnya begitu mudah didapat. Wabah konten negatif ini ternyata mendapat pasar yang besar di Indonesia. Bahkan, Indonesia masuk dalam kategori negara tertinggi dalam membuka konten negatif di internet.
Meskipun terlambat, upaya menghentikan yang dilakukan pemerintah masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Ada upaya konkret menyelamatkan bangsa ini dari pengaruh dan perilaku negatif.
Akhmad Zaini, Owner M Studio Multimedia & Content Creator, menjelaskan, pornografi merupakan alat yang digunakan untuk mengeksploitasi seksual. Untuk menangkal hal itu, norma yang berlaku di masyarakat sangat menentukan.
“Guna menghindari konten pornografi orang itu sendiri harus memilah mana kategori porno atau bukan. Mungkin orang dewasa mudah, sedangkan untuk anak-anak rada susah. Untuk itu tontonan harus diikuti tuntunan agar tidak menyimpang. Kewajiban orang tua menuntun orang yang belum paham terkait pornografi,” terangnya.
Dia menerangkan, konten yang berbau pornografi zaman dahulu itu identik dengan harga mahal sehingga mengaksesnya pun susah. Berbeda dibandingkan sekarang dengan mudah menjumpai konten pornografi, bahkan dalam genggaman mereka. Untuk itu, kembali lagi peran orang tua sangat penting di sini.
“Media yang dapat dijumpai konten pornografi melalui film dewasa, iklan TV, majalah dewasa, video clip, website, media sosial, dan games. Pada saat itu semua media sangat mudah diakses dan sangat terjangkau,” katanya.
Akhmad menambahkan, pornografi memiliki level kerusakan otak lebih berbahaya dari narkoba. Karena kecanduan pada konten bisa sangat besar dan tingkat penularannya lumayan banyak karena dapat diakses dengan smartphone.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0