Anak-anak zaman sekarang merupakan pengguna internet produktif. Orang-orang semakin mencemaskan dampak jejak digital di masa depan yang sedang mereka buat sekarang. Sementara banyak diskusi soal ini fokus pada menjaga anak-anak tetap aman, hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana anak-anak mengelola jejak digital mereka.
“Jejak digital dianggap sebagai beban, bila dikelola dengan baik, bisa menjadi aset,” kata Inayah Swasti Ratih, Dosen STEBI Badri Masduqi & Tim Pengembangan Media Digital Edukasi Ekonomi Islam, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Selasa (24/8/2021).
Menurutnya, jejak digital bisa menunjukkan identitas, keterampilan, dan minat. “Ini penting dalam era di mana perusahaan ‘meng-google’ pelamar untuk memeriksa identitas mereka dan memverifikasi kesesuaian data mereka. Dalam konteks ini, tidak memiliki jejak digital bisa sama tidak menguntungkannya dengan jejak digital yang dikelola dengan buruk,” ujarnya.
Inayah mengatakan, sejak kecil, anak perlu mendapat pengetahuan mengenai bagaimana meninggalkan jejak digital yang positif. Ini lebih baik dibanding hanya mengajarkan mereka mengenai keamanan internet dan mengurangi jejak digital. Pasalnya, mengelola jejak digital positif nantinya akan menjadi aset bagi mereka di masa depan.
“Anak-anak memiliki strategi untuk tetap aman dalam jaringan, tapi mereka memerlukan pedoman lebih jauh tentang bagaimana membangun jejak digital yang positif,” katanya.
Anak-anak, lanjut dia, bisa diajarkan untuk mengkurasi kehadiran daring mereka. Mereka bisa diajarkan secara eksplisit bahwa tidak semua yang mereka lakukan daring perlu disembunyikan. “Kurasi adalah soal mengetahui apa yang perlu ditampilkan di publik, dan apa yang harus tetap pribadi,” ujarnya.
Inayah menuturkan, sudah banyak yang tahu tindakan yang tepat adalah menyimpan percakapan dengan teman dari publik. “Tetapi anak-anak juga harus diajarkan artefak digital yang menunjukkan minat, pencapaian, dan keterampilan mereka bisa bersifat publik dan bisa dikenali. Proyek sekolah, penghargaan, potongan tulisan, dan karya seni digital adalah contoh hal yang baik untuk ditampilkan,” katanya.
Menurutnya, mengajari anak-anak untuk mengkurasi pencapaian mereka, keterampilan, dan beberapa aspek dari identitas digital mereka akan membantu mereka bersiap untuk kebebasan daring yang lebih luas, yang akan datang seiring dengan periode sekolah menengah.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0