Kala Masyarakat Tergantung dengan Media Sosial

Saturday, 13 November 21 Venue

Situasi pandemi menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Bisa dirasakan ketika awal pandemi lalu ada pembatasan sosial di masyarakat, membuat kita harus berdiam diri di rumah bekerja dan bersekolah itu semua dilakukan di dalam rumah.

“Sehingga mau tidak mau kita selalu terkoneksi selalu menggunakan gawai. Untuk beraktivitas berakibat juga, setelah bekerja itu pun kita masih tetap di gawai untuk mencari hiburan atau hal-hal yang lain,” kata

R. Ridwan Arifin wakabid Kesiswaan SMAN 8 Garut dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (11/11/2021).

Ridwan mengatakan, bukan hanya sekadar memegang gawai dan terkoneksi di internet tetapi juga sekarang masyarakat sangat tergantung dengan media sosial. “Setiap hari setiap waktu kita terhubung dengan media sosial. Aplikasi pesan WhatsApp sudah termasuk media sosial, kita buka entah itu ada memang penting atau hanya obrolan-obrolan senggang di WhatsApp grup. Terlebih di media sosial untuk berjejaring lainnya seperti Facebook, Instagram dan Twitter itu sudah menjadi semua kebutuhan untuk eksistensi diri, berkary,a dan berkreativitas,” ujarnya.

BACA JUGA:   Ragam Kompetensi Literasi Digital

Menurut Ridwan, tujuan awal media sosial sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antara pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas. “Kita bisa menghubungi teman lama kita, teman sewaktu kita sekolah, ataupun kita bisa tetap berkomunikasi dengan teman kita yang sudah pindah ke luar kota atau luar negeri sekalipun,” kata dia.

Tetapi kini, lanjut dia, media sosial bukan hanya untuk itu saja, media sosial bisa untuk belajar menghasilkan uang karena kita bisa berpromosi di sana. Kita juga bisa membangun komunitas yang satu minat dengan kita atau kita punya referensi untuk membantu sesama kita juga bisa membuat komunitas.

“Di media sosial juga dapat digunakan untuk memerangi kejahatan yang ada,” tambah Ridwan. Misalnya, lanjut dia, terdapat buronan yang lari, kita bisa membantu dengan menyebarkan fotonya di media sosial. Hal itu dapat membantu aparat untuk mencarinya ketika seseorang melihat, pasti akan melaporkan.

BACA JUGA:   Bijak Menggunakan Dompet Digital

Media sosial, lanjut Ridwan, berkembang sangat luas fungsinya dan kita pun dapat memanfaatkan itu semaksimal mungkin. Dengan segala kemudahan dan apapun yang bisa kita lakukan di media sosial itu nyatanya media sosial pun banyak sekali konten-konten negatif yang bisa mempengaruhi kita berdampak buruk bagi kita.

“Kita di media sosial mungkin saja dapat terkena penipuan karena kita berbelanja tanpa hati-hati,” kata dia. Selain itu, lanjut dia, kita bisa terbawa melakukan ujaran kebencian atau melakukan bullying karena terprovokasi oleh akun-akun yang memang disengaja diciptakan untuk membuat orang atau pecah belah. “Kita bisa rasakan sendiri bahwa media sosial kini lebih banyak terjadi perdebatan, provokasi juga hingga membuat seseorang melakukan ujaran kebencian seseorang kelompok atau orang lainnya,” ujar dia.

Langkah untuk menyikapi konten-konten negatif agar kita tidak melakukan ujaran kebencian yaitu introspeksi diri menyadari apa gunanya melakukan perdebatan di ruang digital sudah dipastikan tidak ada manfaatnya hanya membuang waktu saja. “Kita juga tidak perlu terlalu vokal terhadap sebuah isu yang memang bukan bidang kita. Memaafkan juga merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan di ruang digital jika ada seseorang yang sudah berperilaku tidak baik kepada kita.”

BACA JUGA:   Alternatif Bisnis di Saat Pandemi

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).