Pesona alam Indonesia yang memukau telah menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Berdasarkan data yang disampaikan dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) 2024, negeri kepulauan ini memikat investor global untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran hingga Rp1,2 triliun untuk mendukung transformasi ekonomi melalui pengembangan sektor pariwisata, dengan tujuan untuk menggiurkan investor asing menanamkan modalnya di industri pariwisata Indonesia.
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 5,1% pada tahun 2024 menurut IMF (Dana Moneter Internasional). Angka pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 54,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), belanja pemerintah yang optimal melebihi 100 persen, serta tren investasi bangunan dan non-bangunan yang terus meningkat dengan kontribusi 29,3 persen terhadap PDB. Selain itu, perkembangan Proyek Strategis Nasional (PSN) juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam forum tersebut, Sri Mulyani memaparkan tantangan global seperti isu lingkungan, suku bunga tinggi, ketegangan geopolitik, digitalisasi, dan perubahan iklim. Namun, Indonesia mampu menunjukkan ketahanan ekonomi dengan proyeksi pertumbuhan PDB 5 persen menurut IMF dan 4,9 persen menurut Bank Dunia pada tahun 2023.
Salah satu sektor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pariwisata. Dengan kekayaan alam melimpah, warisan budaya beragam, dan keramahan penduduk, Indonesia berpotensi menjadi destinasi wisata kelas dunia. Terlebih, tren pariwisata halal juga menjadi peluang yang menjanjikan bagi Indonesia.
Dalam upaya menarik investor, pemerintah menawarkan insentif fiskal seperti fasilitas Tax Allowance dan Super Tax Deduction untuk kegiatan vokasi di sektor pariwisata dengan pengurangan penghasilan bruto hingga 200 persen. Insentif berbasis wilayah seperti di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga ditawarkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
Pemerintah pusat dan daerah bekerja sama mengembangkan destinasi wisata prioritas melalui program seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) Tematik senilai Rp3,86 triliun dan DAK Non-Fisik untuk Jasa Pariwisata Rp133,3 miliar. Dana ini digunakan untuk mendukung atraksi wisata, infrastruktur, serta peningkatan kapasitas pelaku usaha dan masyarakat di bidang pariwisata.
Selain insentif fiskal, Indonesia menawarkan insentif kepabeanan di KEK untuk menarik investasi pariwisata. Pada fase konstruksi, barang modal dibebaskan dari bea masuk, PPN, PPnBM, PPh 22, dan cukai. Sementara fase operasional, barang dan material operasional mendapat pembebasan sementara dari beban tersebut.
Dengan insentif menarik, potensi pariwisata luar biasa, serta komitmen pemerintah mengalokasikan Rp 1,2 triliun untuk mengembangkan sektor ini, Indonesia menjadi surga investasi pariwisata yang menggiurkan investor asing. Keberhasilan menarik investasi asing di industri pariwisata akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mempromosikan kekayaan alam dan budaya Indonesia secara global.
KOMENTAR
0