Presiden: Pariwisata Motor Penggerak Perekonomian Nasional

Saturday, 31 August 19 Bayu Hari

Presiden Joko Widodo menginginkan agar pembangunan infrastruktur pendukung di kawasan destinasi super prioritas dipercepat sehingga bisa dipromosikan secara masif mulai tahun 2020.

Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas dengan para Menteri Kabinet Kerja di Plataran Borobudur Resort and Spa, Kabupaten Magelang, Jumat (30/8/2019), meminta seluruh kementerian terkait agar memberikan dukungan penuh bagi pembangunan infrastruktur di kawasan destinasi super prioritas.

Termasuk dalam hal yang berkaitan dengan tanah, maupun yang berkaitan dengan penghijauan kembali di kawasan wisata, terutama di Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika.

“Ini sangat penting. Kita harapkan betul-betul di akhir 2020 produk ini siap untuk dipromosikan secara besar-besaran. Dan juga kita harapkan infrastruktur pendukung baik bandara, jalan menuju ke tempat-tempat yang telah dan akan dikembangkan ini bisa memberikan dukungan yang lebih baik,” kata Presiden Joko Widodo.

BACA JUGA:   Kunjungan Wisman pada Januari Meningkat 26,6 Persen

Alasan Presiden Joko Widodo ingin mempercepat pengembangan destinasi wisata ini lantaran sektor pariwisata bisa menjadi motor penggerak peningkatan devisa di tengah gejolak ekonomi global.

“Sektor pariwisata juga menciptakan efek berganda serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun daerah,” kata Presiden Joko Widodo.

Setelah konektivitas selesai dibangun, Presiden Joko Widodo juga ingin agar tata ruang, tata kelola, dan manajemen segera dibenahi. Ia meminta agar rencana induk dan rencana detail pengembangan kawasan wisata Borobudur segera diselesaikan dan ditetapkan.

BACA JUGA:   Travel Agent di Australia Diminta Membuat Paket Wisata ke 5 DPSP

“Begitu juga pengaturan tata ruang dan penentuan zona-zona pembangunan pariwisata harus segera disepakati. Kita atur bersama dan kita kendalikan,” lanjutnya.

Menpar Arief Yahya menambahkan ada beberapa prinsip dalam pengembangan pariwisata. Pertama tidak boleh tersegmentasi dalam satu administrasi yang akan menyebabkan wilayah terkotak-kotak sehingga lama tinggal wisatawan tidak akan panjang.

Rata-rata wisatawan lama tinggalnya mencapai 1,5 hari di Yogyakarta dan 2,5 hari di Jateng. Sedangkan secara nasional mencapai 8 hari. Jika dikalikan tingkat pengeluaran rata-rata US$150 dolar AS maka Average Spending Per Arrival (ASPA) wisatawan akan mencapai US$1.200.

BACA JUGA:   Panorama Perluas Distribusi Melalui PanoramaGO

“Masih jauh dari ASPA nasional. Rahasianya kota tidak boleh membangun batas-batas administrasi, kita jadikan satu yaitu Joglosemar, agar wisman yang datang bisa kemana saja dan tinggal lebih lama,” katanya.