Hariyadi Sukamdani: 2021 Lebih Baik, Tapi Tidak Seperti 2019

Monday, 16 November 20 Harry
Alila Solo Hotel

Tahun 2019 seperti mimpi buruk bagi para pelaku industri perhotelan. Pasalnya, pandemi COVID-19 berdampak sangat besar terhadap tingkat hunian hotel, terutama di kota dengan kasus COVID-19 sangat tinggi.

Dalam musda (musyawarah daerah) pembentukan BPD PHRI Kalimantan Utara yang diselenggarakan secara hybrid pada 14 November 2020, Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengaku optimistis tahun 2021 akan lebih baik dibanding tahun 2020. Apalagi jika melihat di akhir tahun ini hotel-hotel sudah mulai ramai untuk kegiatan meeting.

Outlook 2021 kami berpandangan kondisinya pasti lebih baik daripada 2020, tapi belum balik seperti 2019,” ujar Hariyadi.

Masruroh, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran Kemenparekraf, mengatakan, untuk menstimulus industri MICE pemerintah sudah mempertemukan kementerian/lembaga (KL) dengan pelaku MICE.

BACA JUGA:   Budi Karya Sumadi, Direktur Utama Angkasa Pura II: Pelayanan Smile Airport

“Ketika korporat suffering, yang masih punya anggaran meeting dan perjalanan dinas itu K/L. Kurang lebih dari itulah yang membuat hotel-hotel penuh dengan acara K/L saat ini,” ujar Masruroh. “Setelah K/L mulai bergerak, kami mulai merambah ke korporat. Strategi itu dalam rangka menggerakkan MICE domestik.”

Hal lain yang membuat Hariyadi optimistis tahun depan industri perhotelan mulai membaik adalah komitmen pemerintah untuk segera mengadakan vaksin COVID-19. “Kalau vaksin efektif, itu juga bisa segera kita dapatkan dampak positifnya. Tapi itu semua tergantung dari ketersediaan vaksin dan kedisiplinan warga kita” ujar Hariyadi.

BACA JUGA:   Mey Nurnaningsih, CHA, Corporate General Manager PT Tentrem Hotel Management Indonesia: Bermain Lokal Untuk Pasar Global

“Kalau kita mempelajari beberapa negara yang tetap beraktivitas di tengah pandemi, dari data-data yang kami pantau, apabila negara tersebut bisa mengendalikan warganya, itu relatif cukup aman. Contohnya adalah Turki yang dari 12 Juni telah membuka secara penuh negaranya terhadap wisatawan. Padahal kasus meninggalnya karena COVID lebih tinggi daripada indonesia. Yang kita lihat, mereka berjalan cukup baik,” tambah Hariyadi.

Karenanya, Hariyadi meminta kepada pemerintah untuk membuka Bali dan Kepulauan Riau terlebih dahulu karena di sana bisa dibilang cukup berhasil penanganan COVID-nya.

Untuk mendukung tumbuhnya pariwisata domestik, PHRI juga telah menjadi kerja sama dengan maskapai penerbangan, dimulai dengan AirAsia. Kerja sama ini berupa bundling paket tiket pesawat dan hotel yang dijual di website maskapai AirAsia.

BACA JUGA:   Menjalin Hubungan Lebih Erat Melalui Olahraga

“Pemerintah juga memberikan insentif untuk mendukung program bundling tersebut. Program ini diberikan insentif 50 persen per NIK. Tapi maksimal hanya untuk pembelian Rp3 juta. Program ini akan dimulai sejak vaksin pertama diberikan. Program ini untuk menggerakkan orang mau traveling lagi,” ujar Hariyadi.