Kementerian Pariwisata mengeluarkan analisis dampak kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) domestik terhadap roda perekonomian nasional. Nilainya terbilang akbar, bisa mencapai Rp229 triliun hingga Rp418 triliun.
Angka itu didapat dari analisis input-output (IO) dengan pendekatan Leontief terbuka dan tertutup guna mengestimasi dampak ekonomi sektor MICE domestik di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua sumber utama, yaitu Buku Statistik Wisatawan Nusantara Edisi 2024 dan Tabel IO 2020 yang baru dirilis BPS pada tahun 2025.
Dalam penelitian itu dipaparkan jika pengeluaran turis MICE domestik rerata mencapai Rp2,8 juta per perjalanan, lebih tinggi dibandingkan turis leisure (Rp2,3 juta) atau turis bisnis (Rp2,7 juta).
Sebagian besar pengeluaran itu dihabiskan untuk akomodasi (30,5%), transportasi (23,6%), kuliner (15,3%), suvenir (8,9%), belanja (5,8%), paket tur (5,3%), dan sisanya untuk hiburan, tour guide, dan lain-lain.
Nilai perputaran ekonomi dari kegiatan MICE tersebut mengalir pada sektor padat karya sehingga memperluas kebutuhan tenaga kerja, baik formal maupun informal. Melalui pendekatan Leontief terbuka, kegiatan MICE menambah 1.388.324 pekerjaan, setara 1,08079% peningkatan tenaga kerja nasional. Dan ketika dianalisis dengan Leontief tertutup, jumlah tenaga kerja yang tercipta meningkat menjadi 1.988.637 orang (1,54813%).
Tak hanya memberikan manfaat ekonomi berganda, kegiatan MICE juga menjadi jembatan bagi pengayaan berbagai aspek di pelbagai sektor, mulai dari peluang bisnis-investasi, ilmu pengetahuan, sosial-budaya, lingkungan, politik-keamanan, hingga pariwisata.
Menilik besar turunan ekonomi dari kegiatan MICE, sudah selayaknya Indonesia menaruh perhatian khusus pada sektor ini, seperti yang telah dilakukan oleh banyak negara. Karena MICE itu bukan sekadar acara, melainkan katalisator untuk pelbagai sektor.






KOMENTAR
0