Butuh Insentif untuk Menggarap Pasar Incentive Travel

Thursday, 27 July 23 Bayu Hari
Taman Nasional Komodo

Untuk membujuk perusahaan agar memilih Indonesia sebagai destinasi tujuan incentive trip, butuh skema subvention yang menarik dan kompetitif. 

Diantara keempat unsur MICE (meeting, incentive, convention, exhibition), kue bisnis incentive travel memang yang paling bontot. Merujuk data dari Grand View Research, pasar industri MICE diperkirakan mencapai US$658,5 miliar pada 2021. Dari nilai itu, sekitar 45 persen disumbangkan oleh sektor meeting, kemudian disusul exhibition dan convention yang masing-masing sebesar 20 persen, dan incentive travel kurang lebih 15 persen.

Namun, proses bisnis incentive travel boleh dibilang minim terdisrupsi oleh perkembangan teknologi virtual. Pasalnya, experience yang ditawarkan dalam sebuah program incentive trip belum tergantikan secara virtual. 

Bertandang sebuah destinasi dan merasakan pelbagai program dan atraksinya secara langsung jauh lebih seru daripada sekadar menikmatinya dari layar monitor. “Perjalanan incentive sangat potensial, korporasi besar yang kembali melaksanakan berbagai program incentive trip. Ini peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut,” kata Masruroh, Direktur MICE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

BACA JUGA:   MICE di Era Industri 4.0

Potensi itu dibenarkan oleh Ketut Jaman, Director Melali MICE. Menurutnya, selama pandemi programnya hanya ditunda, tapi korporasi tetap memiliki bujet program incentive trip untuk para karyawan maupun mitra bisnisnya. 

Akan tetapi, dampak ekonomi yang disebabkan pandemi masih jadi momok bagi banyak perusahaan. Oleh karenanya mereka akan lebih selektif dalam memilih destinasi untuk kegiatan incentive trip perusahaannya. 

Harga tiket pesawat yang masih tinggi dan jarak tempuh menjadi salah satu pertimbangannya. Ada kecenderungan perusahaan mengalihkan program incentive trip ke destinasi yang jarak tempuhnya lebih singkat atau medium guna menekan biaya. Bahkan tak sedikit yang lebih memilih untuk pelesiran ke destinasi dalam negeri. 

BACA JUGA:   Kemenparekraf Siapkan 34 SKKNI Bidang Pariwisata

Masih terkait dengan anggaran biaya, subvention menarik yang ditawarkan oleh sebuah destinasi atau negara juga menjadi faktor kunci bagi perusahaan. 

Menurut Ketua Umum ASPERAPI Hosea Andreas Runkat, banyak negara menawarkan program insentif menarik untuk membawa event internasional ke destinasinya.  “Karena ujungnya harga. Kalo bisa memberikan insentif sehingga penyelenggara dapat memberikan diskon harga kepada peserta, akan menarik orang untuk datang,” katanya. 

Salah satu destinasi yang masif membujuk dengan subvention menarik adalah Korea Selatan. Skema pemberian insentif untuk grup korporat cukup variatif. Mulai dari 10 peserta yang hanya mendapatkan souvenir hingga 1.000 peserta akan memperoleh cultural program, VIP souvenir, team building, sampai welcome ceremony.    

BACA JUGA:   Strategi Kemenparekraf Hadapi Isu Resesi 2023

Penting skema subvention untuk menggarap pasar incentive travel ini juga disadari oleh Kemenparekraf. Dan saat ini Kemenparekraf tengah menyusun skema subvention yang kompetitif. 

“Subvention memang dibutuhkan klien. Hanya saja, kita harus memperhatikan juga bahwa kemampuan APBN kita tidak besar. Jadi kita lebih bersifat kolaboratif untuk membawa event internasional ke Indonesia,” kata Masruroh.